Minggu, 17 Juni 2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Ekologi menurut takrifnya bersangkutpaut dengan interalasi antara sejenis mahluk dengan mahluk lain dengan lingkungannya. Interelasi ini terlaksana dengan cara mahluk tersebut memberi tanggapan melalui berbagai perilaku ketika berhubungan dengan mahluk lain dan ketika berhubungan dengan lingkungan yang selalu berubah.
            Dalam dunia hewan dikenal pernyataan, “tidak akan terjadi apapun tanpa adanya komunikasi”. Meskipun kalimat tersebut mungkin tepat juga bagi dunia manusia, namun buku ini hanya akan membahas komunikasi dalam dunia hewan.
            Selama masa ontogeny hewan, sejak keinginan untuk memenuhi kebutuhan makan waktu bayi sampai kawin dan melindungi kelompok, hewan melakukan berbagai teknik komunikasi.
            Kegiatan komunikasi dalam hewan melibatkan berbagai bagian tubuh, sejak sel-sel syaraf hingga efektor (alat-alat gerak). Komunikasi dilakukan oleh hewan sejak cara dan alat-alat tubuh yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
            Kecerdasan hewan dan prilaku pada hewan adalah suatu istilah yang menjelaskan tentang prilaku dan sifat pikiran yang mampu di kaitkan  dengan suatu kemampuan yang kognitif. Perilaku hewan adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan hewan terhadap lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku tampak paling jelas sebagai serangkaian pergerakan yang dapat diamati, perilaku bisa juga mencakup respon-respon internal yang adaptif. Contohnya saja, dimana suatu organisme yang terpajan panas berlebihan mungkin bergerak ke tempat yang teduh. Pada waktu yang sama, suatu organisme itu juga mungkin mengubah distribusi darah sehingga memungkinkan hilangnya lebih banyak panas memulai radiasi dari permukaan tubuhnya ke lingkungan.
            Kelakuan atau prilaku pada hewan dalam arti yang luas ialah tindakan yang tampak, yang dilaksanakan oleh mahluk dalam usaha penyusuan diri terhadap keadaan lingkungannya yang sedemikian rupa sehingga mendapat kepastian dalam kelangsungan-hidupnya.
            Komunikasi pada hewan pada dasarnya karena faktor bahwa hewan juga seperti halnya manusia yang hidupnya tidak sendiri atau tidak individual. Hewan hidup secara berkelompok sehingga membentuk suatu populasi yang melibatkan interaksi dengan hewan lainnya untuk melakukan suatu aktivitas atau suatu kegiatan. Komunikasi pada hewan juga bertujuan untuk bersosialisasi dengan hewan laiinya.
            Pada makalah ini akan membahasa tentang kecerdasan dan komunikasi pada hewan, tipe-tipe komunikasi hewan dan tipe-tipe hewan yang termasuk binatang yang cerdas, beserta bagaimana cara hewan tersebut berkomunikasi dengan hewan yang lainnya.

1.2  Rumusan masalah
·         Apakah pengertian kecerdasan dan komunikasi pada hewan ?
·         Bagaimanakah menurut para ahli tentang pembelajaran pada hewan ?
·         Apa saja tipe-tipe pengkondisian kecerdasan ?
·         Apa saja tipe-tipe komunikasi pada hewan ?
·         Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan dan komunikasi pada hewan ?
·         Hewan apa saja yang tergolong cerdas ?

1.3  Tujuan
·         Untuk mengetahui pengertian kecerdasan dan komunikasi pada hewan.
·         Untuk mengetahui menurut para ahli tentang  pembelajaran pada hewan.
·         Untuk mengetahui tipe-tipe pengkodisian kecerdasan.
·         Untuk mengetahui tipe-tipe komunikasi pada hewan.
·         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan dan komunikasi pada hewan.
·         Untuk mengetahui hewan apa saja yang tergolong cerdas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kecerdasan dan Komunikasi Pada Hewan
        2.1.1. Pengertian Kecerdasan Pada Hewan
            Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, ataupun belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Namun kecerdasan pada hewan / binatang tidak dapat di ukur dengan tes IQ. Karena pada dasarnya kecerdasan hewan itu setara dengan kecerdasan manusia usia balita.
            Ahli prilaku Lloyd Morgan, menyatakan bahwa prilaku hewan itu tidak harus didasarkan kepada peristiwa sadar yang dijalankan oleh otak, namun bisa saja setiap prilaku hewan didasarkan atas reflex. Pada tahun-tahun berikutnya dilakukan berbagai penelitian dan pengamatan untuk membuktikan bahwa binatang memiliki kemampuan untuk berprilaku secara kognitif (prilaku berpikir). Dan timbul pertanyaan apakah mereka memproses setiap informasi yang diterima melalui kesadaran berpikir dengan melibatkan sel-sel syaraf. Ada beberapa contoh hewan disekitar kita yang digunakan sebagai materi pengamatan, yaitu kucing seringkali mampu membuka makanan yang tertutup sampah yang terbungkus, burung gagak mampu membuka botol-botol yang diperkirakan masih mengandung creame yang masih bias diminum. Dan seekor simpanse memelintir dedaunan atau mengumpulkan ranting-ranting untuk mengambil anai-anaiyang sembunyi dalam sarang dipepohonan.
            Banyak serangga, ikan, burung dan mamalia tinggal di dalam kelompok  sosial dimana informasi dikomunikasikan didalam atau antara anggota kelompok social tersebut. Sebagai contoh, beberapa individu dalam kelompok mamalia yang bertugas menjaga disebut sebagai "pengawal". Ketika melihat predator ( pemangsa ) datang, maka sang pengawal akan memberikan tanda atau alarm peringatan, kemudian dengan serta merta seluruh anggota kelompok akan mencari tempat perlindungan.
            Serangga yang hidup dalam kelompok social, seperti semut dan lebah madu, menghasilkan alarm feromone.semut juga melepaskan feromon antar sumber makan dan sarangnya untuk memudahkankerjasama selama pencarian makanan. Lebah madu memiliki bahasa tarian yang rumit yang member petunjuk arah antara sarang dengan bunga sumber nectar.        

        2.1.2. Pengertian Komunikasi Pada Hewan
            Istilah "bahasa binatang" sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai "bahasa" sejati, tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis, karena interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda secara mendasar dari bahasa manusia. Menurut pendekatan ini, sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami, istilah "kultur", saat diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa, komunikasi dan kultur adalah hal-hal yang lebih kompleks diantara manusia. Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya dengan menggeram, yang mungkin atau mungkin tidak menyebabkan anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak dalam ketakutan, ia mungkin atau mungkin tidak memberitahu manusia lain akan adanya bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum dikenal dengan bahasa.
            Dalam beberapa contoh publikasi, binatang selain manusia telah diajarkan untuk memahami beberapa fitur dari bahasa manusia. Karl von Frisch menerima hadiah Nobel ditahun 1973 untuk pembuktian komunikasi isyarat dan variannya pada lebah. Simpanse, gorila, dan orangutan telah diajarkan isyarat tangan berbasis American Sign Language. Burung beo Abu-abu Afrika, Alex, yang memiliki kemampuan meniru perkataan manusia dengan tingkat akurasi yang tinggi, dianggap memiliki inteligensi yang cukup untuk memahami apa yang ia tiru. Walaupun binatang dapat diajarkan untuk memahami bagian dari bahasa manusia, mereka tidak dapat menghasilkan sebuah bahasa. Bila pendukung dari sistem komunikasi binatang telah mendebatkan tingkat dari semantik, sistem ini belum ditemukan yang mendekati sintaks pada bahasa manusia.
            Komunikasi secara biologis dapat diartikan sebagai suatu aksi atau tindakan dari suatu organisme (sel) yang dapat merubah suatu pola tingkah laku pada organisme (sel) lain dengan berbagai cara dan bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh satu atau kedua organisme yang bersangkutan. Bentuk penyesuaian diri yang dilakukan dapat berupa pemberian sinyal, pemberian respon (tanggapan) ataupun keduanya, dimana hal tersebut telah terprogram secara genetik melalui tahapan-tahapan dalam seleksi alam.
            Pada dasarnya komunikasi adalah suatu bentuk interaksi atau hubungan antara satu organisme dengan organisme yang lain. Dapat disebut tidak terjadi komunikasi apabila suatu aksi hanya berasal dari satu organisme saja tanpa adanya tanggapan atau respon dari organisme yang lain. Sebagai contoh, walaupun terdapat 2 organisme pada suatu area tertentu yang terdiri dari 1 organisme pemberi sinyal dan 1 organisme perespon, namun jika sinyal yang diberikan oleh organisme pemberi sinyal tidak sampai kepada organisme perespon dalam artian organisme tersebut tidak mengetahui adanya sinyal yang diberikan, maka dalam hal tersebut dapat dikatakan tidak terjadi komunikasi.

2.2. Pembelajaran Pada Hewan
           Para ahli perilaku hewan  (ethologis) mencoba menjelaskan bahwa perilaku hewan lebih disebabkan  oleh proses- proses yang bersifat insting, , para ahli psikologi perbandingan sangat memfokuskan diri pada penelitian mengenai proses berfikir sebagai elemen utama dalam pembentukan perilaku hewan.
           Para ahli perilaku ini bekerja pertama dengan menggunakan tikus – tikus dalam laboratorim untuk mengetahi proses bagaimana hewan belajar. Menurut para ahli tersebut , belajar  adalah modifikasi perilaku yang dihasilkan dari pengalaman dan bukan karena dilahirkan.
           Jenis paling sederhana dari proses belajar adalah apa yang disebut sebagai pembelajaran non – asosiatif ( non asosiative learning), dimana hewan tidak memerlukan asosiasi atau hubungan antara dua stimulus / rangsangan atau antara satu stimulus dengan satu respon / tanggapan.
           Satu bentuk dari belajar non- asosiatif adalah habituasi ( habituation) atau pembiasaan. Habituasi atau pembiasaan diartikan sebagai suatu bentuk penurunan respon terhadap rangsang yang terjadi secara berulang yang tidak memberikan pengaruh positif atau pengaruh negatif atau dalam kata lain tidak ada penguatan ( reinforcement).
           Dalam banyak kasus, stimulus menimbulkan suatu respon kuat ketika stimulus diberikan pertama kali, akan tetapi, besarnya respon akan semakin berkurang secara bertahap dengan diberikannya stimulus secara berulang. Sebagai contoh, seekor burung kecil melihat banyak objek yang beterbangan diatas kepalanya. Pada mulanya, sang burung akan memberikan reaksi atau respon dengan cara membungkukkan badannya. Beberapa objek tersebut, misalnya daun – daun yang jatuh atau teman – teman satu jenisnya yang sedang beterbangan terlihat sangat sering namun tidak memberikan pengaruh apapun ( baik positif maupun negatif) terhadap dirinya. Setelah semakin lama, sang burung muda menjadi terbiasa ( habituatif) terhadap rangsang – rangsang tersebut dan menghentikan respon / stimulusnya. Dengan demikian, habituasi dapat dikatakan sebagai belajar untuk tidak merespon terhadap rangsang / stimulus.
           Mampu mengabaikan rangsangan atau stimulus yang tidak penting merupakan hal luar biasa bagi binatang, mengingat ia harus menghadapi berbagai rangsang atau situasi lingkungan yang kompleks.
           Bentuk lain dari belajar non – asosiatif adalah sensitasi. Sensitasi dicirikan oleh meningkatnya kemampuan reaksi terhadap stimulus. Sensitisasi merupakan kebalikan dari habituasi.
           Suatu perubahan dalam tingkah laku yang mencakup hubungan antara dua stimulus atau antara satu stimulus dengan satu respon disebut juga dengan pembelajaran asosiatif ( assosiative leaarning). Perilaku ini merupakan modifikasi atau pengkondisian ( conditioned ) melalui saling hubungan. Bentuk belajar ini lebih kompleks daripada habituasi ( pembiasaan) atau sensitasi. Dua bentuk besar asosiasi belajar disebut dengan pengkondisian klasik (klasikal conditioning) dan berbeda dalam hal penepatan asosiasi ( hubungan ).

2.3. Pengkondisian Kecerdasan
        2.3.1. Pengkodisian Klasik (Classical Conditioning)
            Dalam pengkondisian klasik, pasangan dari dua jenis stimulus yang berbeda menyebabkan hewan melakukan / mencari hubungan antara stimulus tersebut. Pengkondisisan klasik tersebut juga dengan pengkondisian Pavlop ( Pavlop Conditioning). Pavlop diambil dari nama Psikolog Rusia ; Ivan Pavlop, yang pertama kali menjelaskan peristiwa tersebut. Pavlop menyediakan serbuk daging dan kemudian satu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus) diberikan kepada anjing. Ia mencatat, ternyata anjing mengeluarkan air liurnya, ini merupakan respon tidak dikondisikan ( unconditioned respon). Iak suatu stimulus tidak berhubungan, misalnya membunyikan bel, kemudian pada saat yang bersamaan juga di stimuluskan serbuk daging, setelah beberapa kali ulangan, ternyata anjing tetap mengeluarkan air liurnya ketika dibunyikan bel walaupun tanpa distimuluskan serbuk daging. Respon air liur ini adalah sebagai jawaban terhadap dua stimulus berbeda walaupun yang distimuluskan ini dapat dilihat bahwa anjing telah belajr untuk merespon stimulus yang sama sekali tidak terkaitkan. Responnya kepada bunyi bel menunjukkkan bahwa sel merupakan bentuk stimulus yang dikondisikan ( conditioned stimulus).

        2.3.2. Pengkodisian Operant (Operant Conditioning)
            Dalam keadaan pengkondisian operant, seekor hewan belaar untuk menghubungkan antara perilaku responnya dengan hadiah atau hukuman. Seorang Psikolog Amerika B. F Skinner mengkai pengkondisian operant ini pada tikus – tikus dengan menempatkannya pada tempat yang disebut dengan "Kotak Skinner".
            Ketika tikus menelaah kotak tersebut, akan ada tombol yang terinjak secara tidak sengaja, dan dengan terinjaknya tombol tersebut akan menyebabkan makanan ( dalam bentuk pellet) terjatuh. Pada mulanya tikus – tikus tersebut tidak akan menghiraukan tombol tersebut, ia akan meneruskan makan dan terus melakukan gerakan – gerakan sebagaimana biasanya. Namun demikian, segera setelah itu , sang tikus akan belajar untuk menghubungkan antara menakan tombol ( respon perilaku) dengan diperolehnya mkanan ( hadiah).
            Ketika tikus – tikus tersebut dalam keadan lapar, ia akan menghabiskan waktunya untuk menghabiskan waktunya untuk menekan – nekan tombol tersebut. Belajar " trial and eror" dalam waktu singkat ini merupakan peristiwa yang banyak terjadi pada hewan – hewan bertulang belakang ( vertebrata ).
            Para ahli psikologi komperatif percaya bahwa dua stimulus dapat dihubungkan dengan pengkondisian klaik dan bahwa hewan dapat dikondisikan untuk perilaku dapat belaar dalam merespon setisp stimulus dalam bentuk pengkondisian operant.
            Seperti akan dijelaskan berikutnya di baewah ini, pandangan ini telah berubah. Saat ini, insting / naluri memadu belajar den gan cara mendeterminasi tipe – tipe informasi apa yang dapat dipelajari melalui pengkondisian.

        2.3.3. Naluri (Instinct)
            Telah jelas sekarang, bahwa beberapa hewan memiliki kecenderungan bawaan kearah terbentuknya asosiasi dalam berfikir. Sebagai contohnya, jika kepada seekor tikus ditawarkan dengan sebutir makanan dan pada saat yang bersamaan dirotkan kepadanya sinar-x yang dapat menyebabkan sang tikus mual-mual, maka tikus tersebut akan ingat terhadap rasa butiran makanan tersebut (yang dapat menyebabkan rasa mual-mual) dan bukan terhadap ukuran makanannya. Sebaliknya, jika pada suatu saat tikus diberi butiran makanan dengan ukuran tertentu kemudian pada saat tersebut diberikan sengatan listrik yang akan menyebabkan dia merasa kesakitan, maka sang tikus akan mengingat ukuran butiran makanan tersebut dan bukan pada rasanya.
            Dengan cara yang sama, seekor merpati bisa belajar untuk menghubungkan makanan dengan warnanya, akan tetapi di sisi lain merpati bisa menghubungkan antara bahaya dengan bunyi, akan tetapi tidak bisa menghubungkan (bahaya) dengan warna makanannya.
            Contoh-contoh berikut ini memperlihatkan peristiwa persiapan pembelajaran (learning preparedness) terjadi pada hewan, dimana hewan dapat belajar di bawah pengaruh biologis – yakin, kemungkinan belajar hanya terjadi dalam batasan-batasan yang ditentukan oleh insting atau naluri. Program bawaan dari dalam tubuh hewan juga mempengaruhi respon adaptif. Tikus-tikus yang mencari makanan pada saat malam hari dan memiliki kemampuan membau yang sangat berkembang, memiliki kemampuan untuk mengendus sifat bahaya atau tidaknya makanan daripada bentuk, warna dan ukurannya.
            Benih yang dimakan oleh burung merpati mungkin memiliki warna yang berbeda yang bisa dibedakan oleh merpati, akan tetapi suara yang ditimbulkan oleh makanan tidak bisa didengar dengan baik oleh merpati tersebut. Penelitian tentang belajar tersebut telah meluas mencakup pengaruh-pengaruh ekologisnya, sehingga kita bisa memperoleh gambaran baru tentang apa yang disebut sebagai evolusi belajar.
            Ekologi hewan tentu saja merupakan kunci untuk membawa dan memahami apa yang mampu dipelajari oleh suatu hewan. Beberapa jenis hewan seperti burung, mempunyai kesukaan pada biji-bijian yang keras atau sebagai pemakan benih. Burung-burung tersebut menyimpan benih yang diperoleh dengan menguburnya ketika benih sedang melimpahsebagai persediaan untuk musim dingin atau musim paceklik tiba. Ribuan benih tersebut dapat terkubur dalam areal yang cukup luas dan kemudian diambil kembali. Dari perilaku ini orang akan berfikir bahwa burung-burung ini memiliki kemampuan untuk mengingat ruang dengan luar biasa atau berupa gambaran.

2.4. Komunikasi Pada Hewan
           Banyak sekali hewan yang tinggal di dalam kelompok social dimana informasi dikomunikasikan didalam atau antar kelompok social tersebut. Sebagai contoh, beberapa individu dalam kelompok mamalia yang bertugas menjaga disebut sebagai “pengawal”. Ketika melihat suatu predator atau pemangsa datang, maka sang pengawal akan memberikan tanda atau alaram pengingatan kemudian dengan serta merta seluruh anggota kelompok akan mencari tempat perlindungan. Beberapa tipe komunikasi hewan dengan manusia, dalam lingkungan atau interaksi terhadap beberapa hewan lainnya :
·      Perbandingan Komunikasi Pada Manusia dan Hewan
           Proses evolusi pada mahluk hidup di dunia menghasilkan garis pemisah yang sangat besar yang menimbulkan banyaknya perbedaan bentuk komunikasi yang unik diantara manusia dan berjuta-juta spesies mahluk hidup lainnya. Mungkin hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelebihan dari masing-masing sistem komunikasi tersebut adalah membandingkannya dengan jenis komunikasi pada manusia seperti yang telah kita kenal sebagai bahasa manusia.  Bahasa pada manusia merupakan sistem verbal yang unik yang terdiri atas kata-kata atau frase yang tersusun menjadi suatu bentuk informasi. Bahasa pada manusia lahir atas pembelajaran nenek moyang terdahulu dan diturunkan antar generasi. Suatu kata atau bahasa pada manusia dapat menyatakan kebenaran, kebohongan, spekulasi, kekasaran, idealism, dll bergantung pada cara orang tersebut menyampaikan atau memberikan informasi serta isi dari informasi tersebut. Sehingga orang yang meresponnya dapat saja menganggap bahwa informasi yang diberikan oleh orang tersebut salah atau tidak benar.
           Kini bandingkanlah dengan salah satu hewan yang memiliki sistem komunikasi yang paling rumit dari semua binatang, yakni perayaan “ waggle dance” pada lebah madu (Apis mellifera). “Waggle dance ” merupakan suatu gerakan lebah madu dengan menggetar-getarkan tubuhnya sehingga terlihat seperti suatu tarian. Saat lebah pekerja pencari pakan menemukan sumber makanan atau sarang yang baru pada jarak tertentu dari sarangnya, maka lebah tersebut (betina) menyampaikan lokasi dari target yang didapatkannya kepada lebah pekerja yang lain dengan melakukan “waggle dance”. Waggle dance atau tarian tersebut dilakukan secara terus menerus atau berulang-ulang di tengah kerumunan dari lebah pekerja betina. Suatu element penting dalam tarian tersebut yang berisikan informasi adalah lari atau berputar ditempat, dengan gerakan menggetarkan tubuh kedepan dan kebelakang sekitar 13-15 kali per detik, pada saat yang sama lebah tersebut mengeluarkan suatu bunyi atau suara tertentu dengan menggetarkan sayapnya.
           Jika lebah tersebut berada pada daerah terang dan pada permukaan yang horizontal, maka tarian disana secara langsung menunjukan target lokasinya. Namun jika target lokasinya pada daerah gelap atau didalam sarang dan permukaannya vertikal, maka gerakan tarian dari lebah tersebut akan membentuk sudut menjauhi arah vertikal sekitar 20º, sehingga arah gravitasi secara sementara menggantikan cahaya matahari sebagai petunjuk arah dari lokasi.
           Pada lebah ordo Carnolian, straight run yang bertahan selama 1 detik dapat mengidikasikan target sekitar 500 km jauhnya, dan straight run yang bertahan selama 2 detik mengidikasikan target sekitar 2 km. Selama tarian tersebut lebah yang mengikutinya akan memanjangkan antenanya dan menyentuh lebah yang menari waggle secara berulang-ulang. Lalu dalam hitungan menit terdapat beberapa lebah yang meninggalkan sarangnya dan mulai terbang menuju target lokasi yang diberikan.
           Waggle dance pada hewan kelihatannya memilki suatu kelebihan daripada bahasa manusia, hal ini menyangkut informasi dalam bentuk arah dan jarak tertentu. Dimana bentuk kesalahan atau penyimpangan informasi pada lebah tersebut nampaknya lebih rendah dengan apa yang dapat terjadi pada manusia. Apabila ditunjukan dengan angka maka derajat kesalahan pada lebah untuk jarak adalah sekitar 3 poin dan untuk arah adalah 4 poin, sedangkan pada manusia derajat penyimpangannya untuk jarak sekitar 8 derajat dan untuk arah sekitar 16 derajat.

·                                       Sinyal Terputus-putus (Discrete) dan Sinyal Bertingkat (Graded)
           Sinyal terputus-putus (discrete) merupakan suatu jenis sinyal yang sederhana dan mudah dikenali karena hanya mengindikasikan ada atau tidak ada, iya atau tidak, disini atau disana, serta sinonim kata yang lainnya. Bentuk discrete mengkarakterisasi sinyal komunikasi oleh anggota dari grup yang saling mengenali satu sama lain dan tetap saling mengontak. Contohnya pada suara nyanyian burung, suara panggilan pada primata, suara dengkuran tertentu pada beberapa hewan unggulata, pada kunang-kunang jantan yang terbang untuk menarik betina yang terbang rendah di atas permukaan tanah. Sinyal terputus-putus berkembang menjadi terputus melalui proses evolusi. Sinyal disrete mempunyai intensitas dan durasi dari tingkah laku yang kurang bervariasi, sehingga bagaimanapun kuat atau lemahnya perlakuan yang diberikan untuk memprovokasi hewan tersebut, tingkah laku atau balasan yang diberikan biasanya selalu sama.
           Sinyal bertingkat (graded) merupakan sinyal yang berkembang secara tertentu dan mengalami peningkatan variasi yang didukung oleh besarnya aggresivitas dan motivasi dari suatu hewan akan tindakan yang akan dilakukan. Dimana pemberian sinyal dari sinyal bertingkat ini lebih besar dan panjang. Contohnya pada lebah madu, pemberian sinyal dalam bentuk waggle dance merupakan suatu cara yang lebih kompleks dan rumit dengan terjadinya peningkatan intensitas dan durasi dari mekanisme keseluruhan yang bergantung kepada kualitas dari sumber makanan yang ditemukan serta bergantung keadaan cuaca diluar sarangnya. Monyet yang semula tenang karena tidak diganggu biasanya ditunjukan dengan tatapan yang sederhana, kemudian berubah menjadi agak buas saat manusia mencoba mengurungnya dalam kandang, lalu monyet tersebut dapat menjadi lebih buas lagi secara bertingkat sesuai dengan perlakuan yang diberikan, biasanya ditunjukan dengan tingkah lakunya dalam suatu kombinasi gerakan seperti mulut terbuka, kepala digerak-gerakan keatas kebawah, mengeluarkan suara seperti menjerit-jerit, dan tangan menepuk-nepuk tanah.              
 Sinyal Bertingkat lainnya ditunjukan oleh gurita yang semula bergerak perlahan di dalam air laut, namun lambat laut gerakannya makin cepat keatas permukaan air, hingga akhirnya ia melakukan tindakan yang agresif dengan sikap untuk melilit mangsanya. Beberapa burungpun kadang-kadang menunjukan kecenderungan untuk bertindak agresif seperti mulai menajamkan bulu-bulunya dan menggerak-gerakan ekornya, dimana gerakan tersebut dilakukan untuk menciptakan ilusi bahwa burung tersebut tampak lebih besar.

·                                       Prinsip Dari Antithesis
           Yang menjadi prinsip dasar dari antithesis adalah “ketika suatu hewan membalikan perhatiannya, maka ia akan membalikan signalnya”. Maksudnya adalah hewan tersebut secara spontan melakukan aksi kebalikan dari aksi semula yang dilakukan berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi yang mempengaruhinya. Dalam hal ini dapat dikatakan dari tindakan semula tenang menjadi agresif ataupun sebaliknya. Contohnya hewan yang kalah dalam pertarungan akan menunjukan sikap memelas dan menunduk pada hewan yang lebih menang, dimana hal tersebut merupakan sikap kebalikan dari tindakan agresif sebelumnya sebagai harapan agar hewan tersebut dapat tetap bertahan hidup.
           Anjing biasanya menunjukan sikap agresif dengan mata melotot, telinga kedepan, ekor berdiri,dan tindakan agresif lainnya ketika bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Akan tetapi ketika anjing itu mengetahui bahwa orang yang tadi adalah majikannya maka anjing itu menjadi lebih tenang dan menghilangkan sikap keagresifan semula. Rhodensia dan primata biasanya menunjukan sikap keagresifan yang cukup tinggi, sementara beberapa burung,mamalia, serta pada hewan berpostur juvenile akan menunjukan sikap menunduk dan memelas terhadap hewan yang lebih superior.

·         Spesifitas sinyal
           Sistem komunikasi dari serangga, invertebrate dan vertebrata tingkat rendah (seperti ikan dan katak) merupakan jenis dengan karakter stereotype. Karakteristik stereotytpe ini mempunyai kemampuan bahwa setiap sinyal yang diberikan hanya terdapat satu atau sangat sedikit respon yang ditanggapi, dan tiap respon tersebut hanya dapat ditimbulkan oleh jumlah sinyal yang sangat terbatas. Dimana perilaku signal dan respon yang ada mempunyai kekonstanan dan kesamaan yang cukup dekat pada seluruh populasi dari spesies yang sama. Contohnya cacing silk betina menarik jantannya dengan mengeluarkan cairan kompleks dari dalam tubuhnya dalam bentuk sekresi yang disebut bombykol ( berasal dari Bombyx mori), dimana hanya hewan jantan dari spesies cacing tersebut saja yang akan tertarik oleh adanya sinyal sementara hewan yang lainnya tidak.
           Pada beberapa kasus misalnya terjadi mutasi pada organisme tersebut akan mengkibatkan terjadinya perubahan komponen atau sekret yang dihasilkan, sehingga organisme spesies yang sejenisnya tidak akan mengenali spesies tersebut yang akan menyebabkan ia terisolasi secara reproduksi. Dan apabila hal tersebut terus berkelanjutan mungkin dapat terjadi proses evolusi dan timbulnya spesies baru.
           Adapun beberapa organisme yang tidak memiliki kespesifikan sinyal seperti rayap, semut dan lebah social. Organisme-organisme tersebut tidak bergantung pada komponen-komponen tertentu yang spesifik. Akan tetapi jika tidak terdapat kespesifikan akan komponen yang dibutuhkan akan menyebabkan terjadinya ketertarikan dari organisme-organisme tersebut terhadap komponen yang sama. Sehingga akan timbul kompetisi interspesies diantara organisme tersebut untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.

·                                       Sinyal Ekonomi
           Apabila dibandingkan dengan standar manusia, maka jumlah dari signal yang terdapat pada tiap-tiap spesies dari hewan sepertinya agak terbatas. Kebanyakan bentuk komunikasi dari hewan disampaikan melalui media display atau penampakan visualisasi, yang merupakan prilaku yang telah terspesialisasikan melalui proses evolusi untuk menyampaikan informasi tersebut. Dengan kata lain display tersebut merupakan signal yang telah berubah dalam beragai cara sehingga menghasilkan suatu cara yang unik untuk memberikan signal tersebut. Contohnya seperti suara tanda peringatan burung penyanyi akan keberadaan elang, rusa rekor putih memberikan tanda peringatan akan adanya predator dengan mengayun-ayunkan ekornya, serta gerakan-gerakan yang dilakukan oleh hewan yang lain sebagai bagian dari aktifitas hariannnya. Dari hasil penelitian mengenai jenis signal total yang dilakukan oleh individu suatu hewan didapatkan data ikan mempunyai sedikitnya 10 jenis signal, monyet rhesus ( Macaca mulatta) 37, serangga 10 -20 signal, dll.

·                                       Peningkatan Informasi
           Walaupun jumlah dari display yang terkatalaogkan oleh ahli-ahli ethologist adalah sekitar 50 untuk tiap spesies, mungkin pada kenyataannya terdapat jumlah yang lebih banyak lagi. Untuk lebih memahami tentang komunikasi pada hewan mungkin bergantung pada perhitungan sistematik seperti dengan pengaturan waktu jeda atau waktu yang hilang dapat dilakukan dengan menggunakan rasio Q/K, dengan keterangan :
Q = Jumlah emisi dari sinyal yang dikeluarkan
K = Batas konsentrasi yang diterima oleh hewan untuk respon
           Dimana rasio Q/K dapat dianggap konstan. Sehingga apabila Q dikurangi maka batas konsentrasi untuk respon (K) akan naik, dengan begitu durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk penyampaian sinyal akan berkurang. Sedangkan apabila jumlah emisi sinyal (Q) dinaikan maka batas konsentrasi respon (K) akan turun, sehingga akan terjadi peningkatan jarak sinyal yang akan diberikan untuk mengharapkan terjadinya banyak respon.

·         Metakommunikasi
           Metakomunikasi merupakan bentuk tindakan lain sebagai bagian dari komunikasi, dimana metakomunikasi ini merupakan salah satu bentuk khas yang dihasilkan dari berbagai sinyal gabungan (komposit). Suatu hewan terpacu untuk melakukan metakomunikasi setelah dipengaruhi oleh jenis sinyal yang kategorinya berbeda daripada biasanya yang dikirim secara berulang-ulang ataupun terjadi dengan cepat. Altmann (1962) yang pertama kali menerapkan konsep ini kepada mahluk hidup non-manusia seperti primata, mengenali suatu keadaan dimana metakomunikasi dapat terjadi. Keadaan yang pertama adalah sinyal status. Contohnya adalah status sinyal pada primata, dimana jantan dominan (alpha male) mempunyai sikap kepala tegap, ekor berdiri, serta testikel mengarah ke bawah, sedangkan pada jantan tingkat bawah mempunyai sikap kepala dan ekor yang menunduk ke bawah serta testikel yang menghadap keatas. Status signal yang sejenis dapat ditemukan pada macaca dan babons. Hipotesis dari altmann menyatakan bahwa hewan melakukan komunikasi mengenai kedudukan status mereka dan kemungkinan dia akan menyerang atau mundur kalau bertemu.
           Bentuk kedua dari metakomunikasi primate adalah ajakan bermain. Cara bermain dari monyet hampir sama dengan kebanyakan mamalia lainnya, mereka saling mencurahkan kasih sayang, saling mengejar dan mengejek. Cara mengajaknya terdiri dari melompat dan saling menatap dengan teman bermain melalui kedua atau samping dari lengannya dengan menaikan dan menurunkan kepala mereka. Pada permainan berikutnya, mereka bergulat dan saling menggigit satu dan lainnya dengan semangat. Terkadang mereka dapat terluka dengan mudah tetapi itu jarang mereka lakukan.

·   Komunikasi Massa
           Kebanyakan dari system komunikasi pada kebanyakan serangga sosial mengandung komponen dari infomasi yang tidak dapat disampaikan dari satu individu ke individu ke individu yang lain tetapi hanya disampaikan oleh dari satu kelompok ke kelompok lain. Seperti pada sejumlah semut merah pekerja yang meninggalkan sarang dipengaruhi oleh banyaknya jejak dari zat kimia (pheromone) yang oleh pekerja lain yang sudah lebih dahulu ke lapangan ( sumber makanan).
           Pada tes yang dilakukan dengan memperkaya kandungan pheromone menunjukan bahwa jumlah dari individu yang tertarik keluar sarangnya menunjukan fungsi linear antara jumlah dari zat kimia yang ada dengan koloni yang keluar secara keseluruhan. Pada kondisi alami jumlah pekerja yang keluar mencari makan tergantung dari sumber makanannya. Apabila jumlah makanan yang didapatkan sedikit maka jumlah pekerja yang dikeluarkan juga sedikit. Hal ini merupakan contoh bentuk komunikasi massa berdasarkan kuantitas .
           Yang kedua adalah bentuk komunikasi massa berdasarkan kualitas, atau dapat juga diartikan dengan respon “electorate” (prioritas). Contohnya apabila semut merah pekerja menemukan sumber makanan yang mereka anggap bermutu baik maka mereka akan meninggalkan jejak sedangkan bila makanan tersebut bermutu kurang maka mereka tidak meninggalkan jejak. Dalam hal ini semut merah pekerja tersebut untuk meninggalkan jejak berdasarkan dari kualitas sumber makanan yang ditemukan. Apabila sumber makanan yang didapatkan sangat menarik maka presentasi respon positif dari semut tersebut makin tinggi, seperti makin tingginya keinginan tiap individu untuk meninggalkan jejak, makin tingginya jumlah pheromone yang di tinggalkan untuk koloni mereka, hal itu akan meningkatkan jumlah semut baru yang datang ke area tersebut.

        2.4.1. Feromon
           Feromon adalah sinyal kimia yang dilepaskan oleh satu organisme dimana sinyal tersebut akan dapat mempengaruhi perilaku hewan yang laiinya. Feremon adalah bahan kimia yang digunakan untuk berkomunikasi antar individu dalam suatu spesies (spesies yang sama), bertindak sdbagai attractant pada banyak spesies.
           Demikian juga dengan sel-sel telur manusia sekalipun, sel-sel telur tersebut menghasilkan attractant untuk berkomunikasi dengan sperma. Serangga ulat sutra (Bombyx mori) betina menghasilkan ferenom sex yang disebut bombykol dalam kelenjar yang berhubungan dengan system reproduksi. Hasil penelitian fisiologi syaraf menemukan bahwa pada kedua antenna jantan memiliki banyak syaraf reseptor yang spesifik peka terhadap bombykol. Begitu pekanya saraf ini, kemampuannya dapat mendeteksi satu molekul bombykol yang berada diantara 1017 molekul oksigen di udara.
           Setelah kemunculannya dari fase kepompong, ngengat Cecropia betina kemudian merayap dan memancarkan suatu pheromone yang bertindak sebagai suatu attractant untuk memikat para jantan. Para jantan yang mempunyai sel penciuman peka rangsangan yang terletak di atas antenannya, segera terbang melawan arah angin serta mengorientasikan diri menyamakan sinyal sinyal yang diterima oleh kedua antennanya menuju betina. Dengan cara ini, mereka bisa menemukan sang perawan dari tempat yang cukup jauh.
           Ngengat betina yang mempunyai hubungan spesies yang dekat dapat menggunakan cara yang sama untuk memancarkan bahan kimia yang sama pada waktu yang berbeda. Para ngengat jantan secara genetis deprogram untuk memberikan reaksi hanya pada waktu yang cocok.
           Banyak serangga, amfibi dan burung memproduksi suara khas (acoustic signal) untuk digunakan dalam masa kawin. Kodok jantan Bullfrog contohnya memanggil-manggil kodok betina dengan cara memasukkan dan memompa udara dari kantung udaranya yang terletak dibawah rahangnya. Sang kodok betina dapat membedakan suara yang spesifik dari sang jantan dengan kodok lain yang juga mungkin bersuara dan berada didalam habitat dan mungkin juga musim kawinnya yang sama.
           Burung jantan menghasilkan suara yang sangat kompleks. Suara yang kompleks tersebut terdiri dari nada dan fase untuk mengumumkan keberadaan atau kehadirannya dan untuk menarik perhatian betina. Dalam kebanyakan jenis burung, variasi nyanyian sang jantan mencicirkan kehadiran atau ketidakhadiran keberadaannya sang jantan dalam populasi. Nyanyian tiap individu burung merupakan nyanyian yang sangat khas individu dan khas spesies.

        2.4.2. Tanda Khas dalam Tingkatan Jenis
           Pada umumnya tanda (signal) pada tiap hewan berbeda karena tanda khas spesies berhubungan dengan fungsi dari tiap tanda yang dilepaskan. Banyak tanda pada masa kawin telah menghindarkan suatu jenis hewan dari perkawinan yang tidak sesuai, salah pasangan yang tidak menghasilkan keturunan dan yang pasti mengeluarkan tenaga yang sia-sia.
           Nyanyian burung jantan harus spesifik (khas) karena ini akan menunjukkan keberadaannya (menghindari ketidak jelasaan hadirnnya jenis lain yang juga menggunakan nyanyian). Ketika territorial (kawasan) telah dikuasai, burung jantan akan bernyanyi memberi pengumuman dan menyerang burung asing lain yang memasuki kawasannya. Sikap agresif burung ini akan menyebabkan resiko luka dan juga menguras energy karena harus bernyanyi.
           Setelah kawasan (teritori) dikuasai, penyusupan oleh burung asing lain akan lebih sedikit. Setiap jantan kemudian mengetahui musuhnya dari nyanyian, dan juga sang jantan mengetahui apakah kawasannya sudah aman atau belum, apakah kawasan yang ditemp`tinya sudah dikuasai burung lain atau tidak. Dengan demikian, burung tersebut dapat mengurangi energy untik melindungi kawasannya hanya dengan nyanyian yang sangat khas.
           Dalam hal ini, mamalia juga sama menandai teritorialnya dengan menggunakan feromon yang menandakan identitas individu dengan ditandai oleh beberapa tanda kimiawi. Tanda lain, seprti bunyi peringatan (alarm) pada burung yang dilepaskan oleh suatu jenis burung akan diketahui oleh sesama jenis tentang siapakah yang mengeluarkan alarm tersebut. Tanda-tanda ini memungkinkan komunikasi dapat dibangun dan menyelamatkan kelompok ketika datang predator atau jenis burung pemangsa lainnya.

        2.4.3. Bahasa Pada Hewan
                  a. Bahasa Tarian Lebah Madu
           Lebah madu ( Apis mellifera), tinggal di sarang yang terdiri  dari 30,000 sampai 40,000 individu lebah. Perilaku mereka terintegrasi dalam satu koloni kompleks. Lebah pekera dapat mencari makan kemana- mana untuk jarak yang bermil- mil jauhnya dari sarang, pengumpulan madu dan tepung sari dari berbagai jenis tanaman untuk sumber energy dan untuk cadangan makanan mereka.
           Sumber makanan digunakan oleh lebah biasanya dalam bentuk serbuk atau dalam bagaian kecil – kecil sehingga membutuhkan banyak lebah untuk mengangkutnya ke sarang.koloni lebah pekerja memungkinkan untuk membawa setiap sumber makanann yang ditemukan oleh lebah – lebah pemadu ini ke sarangnya melalui komunikasi bahasa tarian yang dimengerti oleh semua lebah pekerja.
           Selama waktu beberapa tahun, pemenang penghargaan Nobel Karl von Frich mengungkap seluk-beluk system komunikasi lebah ini. Setelah satu lebah pemadu sukses menemukan sumber nectar, ia segera kemabali ke sarang dan melakukan tarian dengan cara berputar – putar dan mengibas- ngibaskan sayapnya.
           Tarian lebah ini membentuk angka 8 ( delapan ). Sudut tarian yang dibentuk menunjukkan lokasi bunga sumber nectar dan jumlah tarian atau kekuatan getaran menunjukkkan jarak yang harus ditempuh untuk sampai di lokasi bunga. Pada saat menari lebah menggetarkan abdomennya sambil mengeluarkan suara. Lebah secara rutin akan menghentikan tariannya untuk memberikan contoh ( sampel ) kualitas madu yang dibawa dari lokasi bunga kepada teman- temannya.
           Selama lebah pemandu menari , ia dikelilingi sangat sangat dekat oleh lebah- lebah yang lain yang kemudian akan segera memanen nectar dari sumber – sumber yang baru ditemukan tersebut.
           Adrian Wenner, seorang ilmuan di Universitas Kalifornia, tidak percaya bahwa bahasa tarian mengkomunikasikan segala tentang lokasi makan. Dia menentang penjelasan von Frish. Wenner menjelaskan bahwa bau bunga- lah yang menjadi penentu/ isyarat teepenting untuk menunjukkan sumber makan terbaru. Kontroversi ini memanas dan mengakibatkan keduanya menerbitkan artikel untuk mendukung pendapat mereka.
           Kontroversi "bahasa tarian" telah dipikirkan secara mendalam oleh para ilmuan pada p[ertengahan tahun 1970-an, diantara oleh seorang peneliti kreatif James L Gould. Gouls membuat penelitian dengan cara membuat anggota lebah dimasukkan kedalam kotak yang akan membuat lebah yang telah diberi "petunjuk"   melalui tarian oleh lebah pemadu kehilangan interpretasi arah. Gould juga kemudian memanipulasi kemana anggota lebah – lebah pekerja akan pergi jika mereka menggunakan tanda – tanda visual. Iika bau menjadi   petunuk yang digunakan oleh lebah, maka lebah pekerja tersebut akan muncul pada lokasi yang diperkirakan Gould.
           Akan tetapi , hasil penelitian Gould memperlihatkan bahwa ternyata lebah – lebah mengunjungi tanaman yang telah diinformasikan terlebih dahulu oleh lebah pemadu. Dengan demikian, penelitian Gould mendukung penelitian terdahulu yang dialakukan oleh Frish.
           Baru – baru ini, peneliti juga telah memperluas penelitian bahasa tarian lebah madu dengan membangun robot yang berbentuk persis lebah madu. Seluruh tarian dikontrol oleh komputer, termasuk prilaku robot untuk berhenti kemudian memberikan contoh madu kepada lebah – lebah lain yang mengerumuninya. Penggunaan lebah robot ini telah memungkinkan para ilmuan ini untuk menyetir arah lebah – lebah pekerja untuk menemukan sumber makanan dan madu yang diperlukan. Lebah-lebah robot ini kemungkinan juga diproduksi atas rasa kasihan sang peneliti kepada lebah-lebah jika terlambat memperoleh informasi dimana makanan harus ditemukan atau sudah pasti memiliki tujuan efisiensi proses produksi, dimana sang robot sudah dikategorikan sebagai Mesin Pembuat Madu yang sangat sempurna yang dibutuhkan oleh umat manusia.
Tarian kibasan berbentuk-angka-delapan dari Lebah madu (Apis mellifera) mengindikasi sumber makanan diarah kanan matahari dari luar kandang. Perut dari penari tampak mengabur karena pergerakan cepat dari sisi ke sisi.
Sumber gambar : ( http://fourziz.blogspot.com )

                  b. Bahasa Primata
           Bidang ahli primatologi dapat memberikan kita gambaran mengenai cara Kera Besar berkomunikasi di alam liar. Penemuan utamanya yaitu primata non-manusia, termasuk kera besar, menghasilkan suara-suara yang bergradasi sebagai lawan dari terdiferensiasi berdasarkan kategori, dengan pendengar berusaha untuk mengevaluasi gradasi halus di bagian-bagian emosional dan keadaan tubuh si pen-sinyal. [35] Struktur anatomis dari laring kera tidak dapat membuat bermacam suara seperti yang manusia modern dapat lakukan. Dalam penangkaran, kera telah diajarkan dasar-dasar bahasa isyarat dan penggunaan lexigram -- simbol-simbol yang secara grafis tidak menggambarkan kata -- pada papanketik komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah belajar dan menggunakan ratusan lexigram.
           Di alam liar, komunikasi monyet vervet telah banyak dipelajari.  Mereka dikenal karena membuat sepuluh vokalisasi yang berbeda. Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota dari grup apabila predator mendekat. Mereka termasuk "teriakan leopard", "teriakan ular", dan "teriakan elang". Setiap teriakan mentriger strategi pertahanan yang berbeda pada monyet yang mendengar teriakan tersebut dan ilmuwan dapat memperoleh respon yang terprediksi dari monyet dengan menggunakan speaker dan suara rekaman. Vokalisasi yang lain digunakan untuk identifikasi. Jika bayi monyet berteriak, ibunya akan menoleh kepadanya, tapi ibu monyet vervet yang lain menoleh ke ibu monyet tersebut untuk melihat apa yang akan dilakukannya.
           Dengan cara yang sama, para peneliti telah memperlihatkan bahwa simpanse (dalam kurungan) menggunaan "kata" yang berbeda untuk menunjuk pada makanan yang berbeda. Mereka merekam vokalisasi yang dibuat oleh simpanse tersebut, sebagai contoh, untuk anggur, dan simpanse yang lain akan menunjuk ke gambar anggur bila dipedengarkan suara tersebut.
              Banyak ilmuwan membedakan antara bicara dan bahasa. Mereka percaya bahwa bahasa (sebagai sebuah konteks untuk berkomunikasi, dan secara umum sebagai kemampuan kognitif untuk membentuk konsep dan berkomunikasi dengannya) berkembang lebih awal dalam evolusi manusia, dan bicara (salah satu bentuk komunikasi) telah berkembang jauh lebih awal. Munculnya kemampuan berbicara (tanpa bahasa) juga memungkinkan pada beberapa kasus keterlambatan mental pada manusia atau cacat pembelajaran (seperti Specific Language Impairment) dan juga diketahui ada pada dunia binatang. Misalnya, burung yang berbicara mampu meniru pembicaraan manusia dengan berbagai macam kemampuan. Namun, kemampuan meniru suara manusia ini sangat berbeda dengan kemampuan memahami sintaks. Begitu pula, produksi dari suara pada saat berbicara tidak memerlukan penggunaan bahasa, yang dibuktikan oleh bahasa isyarat modern, yang menggunakan simbol manual dan gramatika wajah sebagai dasar dari bahasa daripada berbicara. Sistem kode morse, dan sistem semafor bendera adalah bentuk lainnya dari berkomunikasi, tapi tanpa menggunakan bahasa.
           Perbedaan antara komunikasi dan bahasa juga penting. Misalnya, sistem komunikatif dari monyet vervet telah dipelajari secara ekstensif. Mereka diketahui membuat sepuluh vokalisasi yang berbeda. Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota dari grup apabila predator mendekat. Mereka termasuk "teriakan leopard", "teriakan ular", dan "teriakan elang". Setiap teriakan mentriger strategi pertahanan yang berbeda. Namun, komunikasi ini digunakan untuk respon langsung dari stimulus di lingkungan, dan bukan hasil dari referensi tingkat-tinggi. Kera dalam kurungan menunjukan kemampuan yang sama, setelah diajari sinyal-sinyal dasar dari American Sign Language (tapi bukan sintak dan bahasa dari ASL) dan penggunaan lexigram -- simbol yang secara grafis tidak berhubungan dengan kata-kata -- dan keybord komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah mampu belajar dan menggunakan lexigram. Namun, walaupun kera ini dapat mempelajari dasar-dasar sintak dan sistem referensial, komunikasi mereka tidak memiliki kompleksitas seperti bahasa lengkap.
           Telah diklaim bahwa fitur kunci yang membedakan bahasa manusia dari sistem komunikasi non-manusia adalah rekursi. Pengartian linguistik dari istilah rekursi melibatkan pemasukan (atau menanamkan) frasa dalam frasa yang ditunjukan oleh kalimat kompleks berikut Lelaki dengan tutup-mata tua berkulit keras yang ia gunakan sejak PD II berjalan menuju toko yang terbakar habis sebelum pamannya mampu membayar uang muka, atau kalimat yang kurang informasi seperti berikut Lelaki tersebut berjalan menuju ke toko yang mana lelaki berjalan menuju ke toko itu berjalan menjauh. Klaim ini masih dipegang oleh banyak peneliti, tetapi beberapa bukti telah ditujukan untuk mempertanyakannya. Percobaan di Universitas Chicago menemukan bahwa burung jajak (Sturnus vulgaris) dapat menggunakan tata-bahasa dengan rekursi.
           Para peneliti melatih burung gagak tata-bahasa yang bebas-konteks, pusat-tertanam. Mereka melaporkan bahwa burung gagak mampu mengenali ucapan yang secara tata-bahasa diterima dan menolak yang tidak. Lebih lanjut Daniel Everett mengklaim bahwa bahasa Piraha adalah bahasa manusia yang tidak menunjukkan penggunaan rekursi.
           Juga telah disarankan bahwa fitur kunci dari bahasa manusia adalah kemampuan untuk bertanya. Beberapa binatang (terutama bonobo dan simpanse), yang belajar berkomunikasi lewat pelatih manusianya (umumnya menggunakan bentuk visual dari komunikasi), memperlihatkan bahwa mereka memiliki kemampuan secara benar merespon terhadap masalah dan permintaan yang kompleks, tetapi gagal untuk menanyakan sebuah pertanyaan yang sederhana. Sebaliknya, anak manusia mampu menanyakan pertanyaannya untuk pertama kali (hanya menggunakan intonasi pertanyaan) dalam periode mengoceh dari perkembangan mereka, jauh sebelum mereka dapat menggunakan sintak yang terstruktur. Adalah sangat penting diketahui bahwa bayi dari kultur yang berbeda menyerap bahasa natifnya dari lingkungan, semau bahasa di dunia tanpa kecuali -- tonal, non-tonal, intonasi dan aksen -- menggunakan "intonasi tanya" yang sama untuk pertanyaan ya-tidak. Fakta ini adalah bukti kuat dari keuniversalan dari intonasi tanya.
           Teori tentang asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. Beberapa teori berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul dari ketiadaan sehingga menjadi seperti sekarang, tapi ia pastilah berkembang dari sistem pra-linguistik bersama dengan nenek moyang pra-manusia. Teori ini dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Sudut pandang berlawanan yaitu bahwa bahasa adalah ciri unik manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di selain-manusia dan oleh sebab itu ia pastilah muncul mendadak pada saat transisi dari pra-hominid ke awal manusia. Teori ini dapat didefinisikan sebagai berbasis ketidakberlanjutan. Demikian juga beberapa teori melihat bahasa sebagai kemampuan lahir yang secara garis besar dikodekan dalam genetik, sementara yang lain melihatnya sebagai sistem yang besar secara kultur, yang dipelajari lewat interaksi social.
           Satu-satunya lawan yang menonjol dari teori ketidakberlanjutan dari asal mula bahasa manusia adalah Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa 'Beberapa mutasi acak terjadi, mungkin setelah hujan sinar kosmik yang tak dikenal, dan ia menyusun ulang otak, menanam organ bahasa di dalam otak primata'. Walaupun memperingatkan supaya tidak menganggap kisah tersebut secara benar-benar, Chomsky bersikeras bahwa 'Ia mungkin lebih dekat pada kenyataan daripada dongeng-dongeng lainnya yang mengatakan tentang proses secara evolusi, termasuk bahasa'. Teori berbasis keberlanjutan sekarang dipegang oleh kebanyakan ilmuwan, tetapi mereka beragam dalam melihat perkembangannya. Bagi mereka yang melihat bahasa umumnya bawaan lahir, contohnya Steven Pinker, menganggapnya mendahului kesadaran binatang, sebaliknya mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang dipelajari, seperti Michael Tomasello melihatnya berkembang dari komunikasi binatang, baik itu gestur primata atau komunikasi vokal. Model berbasis keberlanjutan lainnya melihat bahasa berkembang dari musik.
           Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Secara alternatif fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik.
           Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 100.000 tahun lalu.
          Analisis linguistik, yang digunakan oleh Johanna Nichols, seorang linguis dari University of California, Berkeley, untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk sampai pada persebaran dan keberagaman seperti bahasa modern sekarang, mengindikasikan bahwa bahasa vokal timbul sekitar 100.000 tahun lalu.  
Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang berarti "yang pertama, terbaik, mulia". 
Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas primata, tetapi tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam primata, kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation) moyangnya pada masa lalu yang barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat yang biasa dari primata lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan dan Komunikasi Pada Hewan
·         Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
·         Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
·         Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
·  &nbrp;      Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
·         Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
2.6. Jenis-jenis hewan yang memiliki kecerdasan dan komunikasi yang baik
1. Merpati Homing 
     :  Pada saat manusia membutuhkan beberapa jenis peta dan kompas untuk menemukan jalan pulang setelah perjalanan panjang, merpati pos dapat kembali dari jarak yang sangat panjang (lebih dari 1.100 mil) tanpa panduan apapun. 
     Sebenarnya, mereka memiliki beberapa bantuan. Menurut penelitian oleh University of Frankfurt, merpati memiliki besi yang mengandung struktur di paruh mereka, yang membantu mereka merasakan medan magnet bumi independen gerak dan postur tubuh, yang bisa menentukan posisi geografis mereka. Hasil Penelitian dirilis tahun ini menunjukkan daya tarik magnetik ini hadir pada burung lain.

2. Semut
Meskipun ukuran mereka kecil, banyak varietas di dunia semut yang memiliki kemampuan luar biasa. Salah satu yang paling mengesankan adalah smithii mycocepurus dari Amazon, sebuah spesies feminis super yang telah mengembangkan kemampuan untuk mereproduksi melalui kloning untuk berevolusi menjadi jenis yang semuanya perempuan.
           Menurut penelitian dari University of Arizona, tidak jelas ketika perubahan itu terjadi, tetapi dengan reproduksi tanpa seks, semut energik menghindari proses produksi laki-laki dan menggantinya dengan dua kali lipat jumlah reproduksi perempuan yang dihasilkan setiap generasi.     
           Tidak seperti kita manusia, semut juga belajar cara-cara yang efisien untuk mengatur lalu lintas super mereka. Pada tahun 2006 penelitian oleh University of California Berkeley telah menetapkan bahwa perangkap semut-rahang (bauri odontomachus) dapat menutup rahangnya tersebut pada kecepatan yang luar biasa. Proses ini berlangsung hanya dalam 0,13 milidetik, 2.300 kali lebih cepat dari kedipan mata.

3. Rayap
 
Di Zimbabwe, spesies rayap Macrotermes michaelseni telah mengembangkan teknik yang tepat untuk peternakan jamur tertentu yang berfungsi sebagai makanan mereka. 
Jamur ini hanya dapat tumbuh sekitar 87 derajat Fahrenheit, sedangkan suhu diluar sarang adalah 104 derajat Fahrenheit pada siang hari dan 35 derajat Fahrenheit di malam hari, rayap telah mempunyai sistem untuk menjaga suhu tetap dalam sarang mereka dengan terus-menerus membuka dan menutup ventilasi pemanasan dan pendinginan.
                 Ini adalah suatu ide yang menginspirasi bagi Loughborough University yang telah melakukan penelitian dengan menggunakan teknik yang sama dalam bangunan untuk manusia.

4. Simpanse
sMBAHASANang burung merupakan nyanyian yang sangat khas individu dan spesiestau ketidakhadiran keberadaannya sang jantan dalam
 
Banyak yang telah mengetahui tentang kecerdasan simpanse, dengan beberapa orang yang mengklaim mereka jenius dan lainnya mengatakan bahwa kecerdasan mereka hanya setara dengan anak manusia berusia 3 tahun.
     Tapi setidaknya ada satu area di mana simpanse lebih cerdas daripada manusia, yaitu photographic memory. Sebuah studi oleh Institut Penelitian Primata Universitas Kyoto membuktikan simpanse muda memiliki kemampuan memori yang luar biasa untuk kenangan numerik, bahkan lebih baik daripada manusia dewasa yang diuji dengan kasus yang sama dan mengikuti prosedur yang sama.

5. Lumba – Lumba
Baru-baru ini, lumba-lumba dinyatakan sebagai makhluk kedua di dunia yang paling cerdas. Sebuah zoologi dari Emory University di Atlanta, Georgia, menurut The Times, mengatakan bahwa “neuroanatomy mereka menunjukkan kontinuitas psikologis antara manusia dan lumba-lumba,” dan menyerukan untuk peninjauan kembali terhadap interaksi manusia dengan lumba-lumba. Ilmuwan lain dari Universitas Marymount Loyola di Los Angeles bahkan menyebut mereka sebgai “orang-orang non-manusia. “
                 Jadi, lumba-lumba lebih cerdas daripada simpanse dengan kemampuan komunikasi yang mirip dengan manusia. Otak mereka hanya selisih sedikit dengan massa otak manusia, membuat mereka sebagai hewan dengan budaya dan kepribadian yang berbeda dengan kemampuan untuk berpikir tentang masa depan.

6. Gajah 
Dari semua jenis gajah yang ada di seluruh dunia ini, baik itu gajah pigmimaupun gajah raksasa, diyakini memiliki kepintaran yang sama. Gajah memiliki berbagai macam indra yang tajam. terutama pendengaran dan memorinya.
           Otak gajah merupakan otak terbesar dari semua makhluk darat yang hidup saat ini. kemampuan memori gajah dapat dibuktikan dari bafaimana mereka mengingat rute dan jarak tempuh perjalanan mereka, mengingat anggota satu koloni dan kemampuan mereka membedakan panggilan untuk masing - masing gajahlainnya, Gajah bahkan dapat memanggil gajah lannya dalam jarak berkilo - kilo meter dengan suara teriakan, suara terompet atau dengan panggilan melalui tanah. gajah pun memiliki psikologi yang hampir mirip dengan manusia, mereka dapat tertawa, menangis dan marah. gak heran gajah banyak dijadikan lambang kebijaksanaan oleh beberapa budaya tuadi dunia. Di Sekolah gajah di Lampung, gajah dilatih untuk mengenali berbagai bentuk, melakukan atraksi, dan bahkan melukis gajah lainnya. 

7. Kakak Tua Abu-Abu Afrika
Kakak tua biasa kita tahu hanya dapat menirukan perkataan manusia, ternyata kakak tua bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan. tentunya hal itu perlu latihan terlebih dahulu. para ilmuwan yang meneliti mereka mengatakan bahwa kakak tua jenis ini adalah kakak tua terpintar di dunia atau burung paling cerdas di dunia. kakak tua ini dapat mengenali puluhan pertanyaan yang berisi kata - kata dari yang sederhana hingga yang hampir rumit, mengenali belasan jenis warna, macam - macam bentuk dan nilai - nilai numerik yang disajikan. para ilmuwan yakin burungi ini dapat dikembangkan untuk penelitian yang lebih mengagumkan lagi.

8. Gurita
 
Semua jenis cumi atau mahluk bertentakel diketahui memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, tapi untuk gurita adalah luar biasa, maahluk kedalaman laut ini memiliki otak yang cukup besar dengan sensor syaraf yang memungkinkan bagi mereka untuk berpikir secara cepat. dari berbagai percobaan yang diberikan ilmuwan, misalnya menaruh kepiting di dalam toples, gurita dapat membuka dan menangkapnya terkadang bahkan mereka dapat ditemukan di dlama lambung kapal sedang menangkap kepiting. Gurita terbesar yang pernah ditemukan seberat 273 kilogram dan dengan rentang tubuh mencapai 30 meter.

9. Anjing Broder Collie
Border Coliie adalah salah satu jenis anjing yang berasal adari skotlandia, dan disebut - sebut sebagai anjing terpintar di dunia. ditempat asalnya, anjing ini digunakan manusia untuk menggembalakan ternak. Border Collie dapat memecahkan masalah - masalah rumit yang ditemuui saat menggembalakan ternak. menggembalakan ternak adalah hal yang sulit bagi manusia yang nggak terbiasa, namun Border Collie dapat mempelajarinya dengan cepat. Anjing juga sering dipakai dalam pelacakan dan bantuan untuk SAR pada bencana alam yang sulit untuk dilacak teknologi. penciuman dan intuisinya yang luar biasa lah yang membuat anjing ini menjadi berguna bagi manusia.

10. Tikus
Jika kita menggemari film seperti Tom and Jerry, tentunya kita mengetahui kejahilan jerry menganggu Tom. terlihat di film itu bahwa kucing ternyata lebih bodoh daripada tikus. tapi itulah kenyataannya. tikus adalah salah satu makhluk pintar dan cerdik yang populer digunakan sebagai binatang uji coba laboratorium. tikus memiliki psikologi yang hampir mirip dengan mausia, mereka dapat merasa stress, sedih, gembira, bahkan menyesal. tikus juga dapat bermimpi layaknya manusia dan mempelajari hal - hal yang baru. kecerdasannya banyak digunakan untuk mengenali berbagai jenis makanan berbahaya, penyakit bahkan ranjau darat. salah satu kemampuan yang mengesankan dari tikus bagi manusia adalah memecahkan labirin dengan kecepatannya, bahkan jarang sekali ada manusia yang seperti itu.


Bab III
PENUTUP
 Kesimpulan
           Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, ataupun belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Namun kecerdasan pada hewan / binatang tidak dapat di ukur dengan tes IQ. Karena pada dasarnya kecerdasan hewan itu setara dengan kecerdasan manusia usia balita.
           Istilah "bahasa binatang" sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai "bahasa" sejati, tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis, karena interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda secara mendasar dari bahasa manusia. Menurut pendekatan ini, sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami, istilah "kultur", saat diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa, komunikasi dan kultur adalah hal-hal yang lebih kompleks diantara manusia. Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya dengan menggeram, yang mungkin atau mungkin tidak menyebabkan anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak dalam ketakutan, ia mungkin atau mungkin tidak memberitahu manusia lain akan adanya bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum dikenal dengan bahasa.
           Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang berarti "yang pertama, terbaik, mulia". Colin Groves mencatat sekitar 350 spesies primata dalam Primate Taxonomy. Ilmu yang mempelajari primata dinamakan primatologi.
           Beberapa tipe komunikasi hewan dengan manusia, dalam lingkungan atau interaksi terhadap beberapa hewan lainnya :
·         Perbandingan komunikasi pada hewan dan mahluk hidup
·         Sinyal terputus-putus dan sinyal bertingkat
·         Prinsip dari Anthiesis
·         Metakomunikasi
·         Komunikasi massa
·         Dll.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan dan komunikasi pada hewan yaitu ; faktor bawaan atau biologis, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan.