BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi menurut takrifnya bersangkutpaut dengan
interalasi antara sejenis mahluk dengan mahluk lain dengan lingkungannya.
Interelasi ini terlaksana dengan cara mahluk tersebut memberi tanggapan melalui
berbagai perilaku ketika berhubungan dengan mahluk lain dan ketika berhubungan
dengan lingkungan yang selalu berubah.
Dalam dunia hewan dikenal pernyataan, “tidak akan terjadi
apapun tanpa adanya komunikasi”. Meskipun kalimat tersebut mungkin tepat juga
bagi dunia manusia, namun buku ini hanya akan membahas komunikasi dalam dunia
hewan.
Selama masa ontogeny hewan, sejak keinginan untuk
memenuhi kebutuhan makan waktu bayi sampai kawin dan melindungi kelompok, hewan
melakukan berbagai teknik komunikasi.
Kegiatan komunikasi dalam hewan melibatkan berbagai bagian
tubuh, sejak sel-sel syaraf hingga efektor (alat-alat gerak). Komunikasi
dilakukan oleh hewan sejak cara dan alat-alat tubuh yang sederhana sampai
dengan yang kompleks.
Kecerdasan hewan dan prilaku pada hewan adalah suatu
istilah yang menjelaskan tentang prilaku dan sifat pikiran yang mampu di
kaitkan dengan suatu kemampuan yang
kognitif. Perilaku hewan adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan
hewan terhadap lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku tampak paling jelas
sebagai serangkaian pergerakan yang dapat diamati, perilaku bisa juga mencakup
respon-respon internal yang adaptif. Contohnya saja, dimana suatu organisme
yang terpajan panas berlebihan mungkin bergerak ke tempat yang teduh. Pada
waktu yang sama, suatu organisme itu juga mungkin mengubah distribusi darah
sehingga memungkinkan hilangnya lebih banyak panas memulai radiasi dari
permukaan tubuhnya ke lingkungan.
Kelakuan atau prilaku pada hewan dalam arti yang luas
ialah tindakan yang tampak, yang dilaksanakan oleh mahluk dalam usaha penyusuan
diri terhadap keadaan lingkungannya yang sedemikian rupa sehingga mendapat
kepastian dalam kelangsungan-hidupnya.
Komunikasi pada hewan pada dasarnya karena faktor bahwa
hewan juga seperti halnya manusia yang hidupnya tidak sendiri atau tidak
individual. Hewan hidup secara berkelompok sehingga membentuk suatu populasi
yang melibatkan interaksi dengan hewan lainnya untuk melakukan suatu aktivitas
atau suatu kegiatan. Komunikasi pada hewan juga bertujuan untuk bersosialisasi
dengan hewan laiinya.
Pada makalah ini akan membahasa tentang kecerdasan dan
komunikasi pada hewan, tipe-tipe komunikasi hewan dan tipe-tipe hewan yang
termasuk binatang yang cerdas, beserta bagaimana cara hewan tersebut
berkomunikasi dengan hewan yang lainnya.
1.2 Rumusan masalah
·
Apakah pengertian kecerdasan dan komunikasi pada
hewan ?
·
Bagaimanakah menurut para ahli tentang
pembelajaran pada hewan ?
·
Apa saja tipe-tipe pengkondisian kecerdasan ?
·
Apa saja tipe-tipe komunikasi pada hewan ?
·
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan dan komunikasi pada hewan ?
·
Hewan apa saja yang tergolong cerdas ?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui pengertian kecerdasan dan
komunikasi pada hewan.
·
Untuk mengetahui menurut para ahli tentang pembelajaran pada hewan.
·
Untuk mengetahui tipe-tipe pengkodisian
kecerdasan.
·
Untuk mengetahui tipe-tipe komunikasi pada
hewan.
·
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan dan komunikasi pada hewan.
·
Untuk mengetahui hewan apa saja yang tergolong
cerdas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Kecerdasan dan Komunikasi Pada Hewan
2.1.1.
Pengertian Kecerdasan Pada Hewan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, ataupun belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan
menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Namun kecerdasan pada hewan / binatang tidak dapat di ukur
dengan tes IQ. Karena pada dasarnya kecerdasan hewan itu setara dengan
kecerdasan manusia usia balita.
Ahli prilaku Lloyd Morgan,
menyatakan bahwa prilaku hewan itu tidak harus didasarkan kepada peristiwa
sadar yang dijalankan oleh otak, namun bisa saja setiap prilaku hewan
didasarkan atas reflex. Pada tahun-tahun berikutnya dilakukan berbagai
penelitian dan pengamatan untuk membuktikan bahwa binatang memiliki kemampuan
untuk berprilaku secara kognitif (prilaku berpikir). Dan timbul pertanyaan
apakah mereka memproses setiap informasi yang diterima melalui kesadaran
berpikir dengan melibatkan sel-sel syaraf. Ada beberapa contoh hewan disekitar
kita yang digunakan sebagai materi pengamatan, yaitu kucing seringkali mampu
membuka makanan yang tertutup sampah yang terbungkus, burung gagak mampu
membuka botol-botol yang diperkirakan masih mengandung creame yang masih bias
diminum. Dan seekor simpanse memelintir dedaunan atau mengumpulkan
ranting-ranting untuk mengambil anai-anaiyang sembunyi dalam sarang
dipepohonan.
Banyak serangga, ikan, burung
dan mamalia tinggal di dalam kelompok
sosial dimana informasi dikomunikasikan didalam atau antara anggota
kelompok social tersebut. Sebagai contoh, beberapa individu dalam kelompok
mamalia yang bertugas menjaga disebut sebagai "pengawal". Ketika
melihat predator ( pemangsa ) datang, maka sang pengawal akan memberikan tanda
atau alarm peringatan, kemudian dengan serta merta seluruh anggota kelompok akan
mencari tempat perlindungan.
Serangga yang hidup dalam kelompok social, seperti semut
dan lebah madu, menghasilkan alarm feromone.semut juga melepaskan feromon antar
sumber makan dan sarangnya untuk memudahkankerjasama selama pencarian makanan.
Lebah madu memiliki bahasa tarian yang rumit yang member petunjuk arah antara
sarang dengan bunga sumber nectar.
2.1.2. Pengertian
Komunikasi Pada Hewan
Istilah "bahasa binatang" sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia.
Linguistik dan semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai
"bahasa" sejati, tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi
binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis,
karena interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda
secara mendasar dari bahasa manusia. Menurut pendekatan ini, sejak binatang
tidak lahir dengan kemampuan memahami, istilah "kultur", saat
diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara
kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa, komunikasi dan
kultur adalah hal-hal yang lebih kompleks diantara manusia. Anjing mungkin saja
secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya dengan menggeram, yang
mungkin atau mungkin tidak menyebabkan anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal
yang sama, pada saat manusia berteriak dalam ketakutan, ia mungkin atau mungkin
tidak memberitahu manusia lain akan adanya bahaya. Keduanya mencontohkan
komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum dikenal dengan bahasa.
Dalam beberapa
contoh publikasi, binatang selain manusia telah diajarkan untuk memahami
beberapa fitur dari bahasa manusia. Karl von Frisch menerima hadiah
Nobel ditahun 1973 untuk pembuktian komunikasi isyarat dan variannya pada lebah.
Simpanse, gorila, dan orangutan telah diajarkan
isyarat tangan berbasis American
Sign Language. Burung beo Abu-abu Afrika, Alex, yang memiliki kemampuan meniru perkataan manusia dengan tingkat
akurasi yang tinggi, dianggap memiliki inteligensi yang cukup untuk memahami
apa yang ia tiru. Walaupun binatang dapat diajarkan untuk memahami bagian dari
bahasa manusia, mereka tidak dapat menghasilkan sebuah bahasa. Bila pendukung
dari sistem komunikasi binatang telah mendebatkan tingkat dari semantik, sistem ini belum ditemukan yang
mendekati sintaks pada bahasa manusia.
Komunikasi
secara biologis dapat diartikan sebagai suatu aksi atau tindakan dari suatu organisme
(sel) yang dapat merubah suatu pola tingkah laku pada organisme (sel) lain
dengan berbagai cara dan bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh satu atau
kedua organisme yang bersangkutan. Bentuk penyesuaian diri yang dilakukan dapat
berupa pemberian sinyal, pemberian respon (tanggapan) ataupun keduanya, dimana
hal tersebut telah terprogram secara genetik melalui tahapan-tahapan dalam
seleksi alam.
Pada dasarnya komunikasi adalah
suatu bentuk interaksi atau hubungan antara satu organisme dengan organisme
yang lain. Dapat disebut tidak terjadi komunikasi apabila suatu aksi hanya
berasal dari satu organisme saja tanpa adanya tanggapan atau respon dari
organisme yang lain. Sebagai contoh, walaupun terdapat 2 organisme pada suatu
area tertentu yang terdiri dari 1 organisme pemberi sinyal dan 1 organisme
perespon, namun jika sinyal yang diberikan oleh organisme pemberi sinyal tidak
sampai kepada organisme perespon dalam artian organisme tersebut tidak
mengetahui adanya sinyal yang diberikan, maka dalam hal tersebut dapat dikatakan
tidak terjadi komunikasi.
2.2.
Pembelajaran Pada Hewan
Para ahli perilaku hewan
(ethologis) mencoba menjelaskan bahwa perilaku hewan lebih disebabkan oleh proses- proses yang bersifat insting, ,
para ahli psikologi perbandingan sangat memfokuskan diri pada penelitian
mengenai proses berfikir sebagai elemen utama
dalam pembentukan
perilaku hewan.
Para ahli perilaku ini bekerja pertama dengan menggunakan
tikus – tikus dalam laboratorim untuk mengetahi proses bagaimana hewan belajar.
Menurut para ahli tersebut , belajar
adalah modifikasi perilaku yang
dihasilkan dari pengalaman dan bukan
karena dilahirkan.
Jenis paling sederhana dari proses belajar adalah apa yang
disebut sebagai pembelajaran non – asosiatif
( non asosiative learning), dimana hewan tidak memerlukan asosiasi atau
hubungan antara dua stimulus / rangsangan atau antara satu stimulus dengan satu
respon / tanggapan.
Satu
bentuk dari belajar non- asosiatif adalah habituasi ( habituation) atau
pembiasaan. Habituasi atau pembiasaan diartikan sebagai suatu bentuk penurunan
respon terhadap rangsang yang terjadi secara berulang yang tidak memberikan
pengaruh positif atau pengaruh negatif atau dalam kata lain tidak ada penguatan
( reinforcement).
Dalam
banyak kasus, stimulus menimbulkan suatu respon kuat ketika stimulus diberikan
pertama kali, akan tetapi, besarnya respon akan semakin berkurang secara
bertahap dengan diberikannya stimulus secara berulang. Sebagai contoh, seekor
burung kecil melihat banyak objek yang beterbangan diatas kepalanya. Pada
mulanya, sang burung akan memberikan reaksi atau respon dengan cara
membungkukkan badannya. Beberapa objek tersebut, misalnya daun – daun yang
jatuh atau teman – teman satu jenisnya yang sedang beterbangan terlihat sangat
sering namun tidak memberikan pengaruh apapun ( baik positif maupun negatif)
terhadap dirinya. Setelah semakin lama, sang burung muda menjadi terbiasa (
habituatif) terhadap rangsang – rangsang tersebut dan menghentikan respon /
stimulusnya. Dengan demikian, habituasi dapat dikatakan sebagai belajar untuk
tidak merespon terhadap rangsang / stimulus.
Mampu
mengabaikan rangsangan atau stimulus yang tidak penting merupakan hal luar
biasa bagi binatang, mengingat ia harus menghadapi berbagai rangsang atau
situasi lingkungan yang kompleks.
Bentuk
lain dari belajar non – asosiatif adalah sensitasi. Sensitasi dicirikan oleh
meningkatnya kemampuan reaksi terhadap stimulus. Sensitisasi merupakan
kebalikan dari habituasi.
Suatu
perubahan dalam tingkah laku yang mencakup hubungan antara dua stimulus atau
antara satu stimulus dengan satu respon disebut juga dengan pembelajaran
asosiatif ( assosiative leaarning). Perilaku ini merupakan modifikasi atau
pengkondisian ( conditioned ) melalui saling hubungan. Bentuk belajar ini lebih
kompleks daripada habituasi ( pembiasaan) atau sensitasi. Dua bentuk besar
asosiasi belajar disebut dengan pengkondisian klasik (klasikal conditioning)
dan berbeda dalam hal penepatan asosiasi ( hubungan ).
2.3.
Pengkondisian Kecerdasan
2.3.1. Pengkodisian Klasik (Classical
Conditioning)
Dalam pengkondisian klasik,
pasangan dari dua jenis stimulus yang berbeda menyebabkan hewan melakukan /
mencari hubungan antara stimulus tersebut. Pengkondisisan klasik tersebut juga
dengan pengkondisian Pavlop ( Pavlop Conditioning). Pavlop diambil dari nama
Psikolog Rusia ; Ivan Pavlop, yang pertama kali menjelaskan peristiwa tersebut.
Pavlop menyediakan serbuk daging dan kemudian satu stimulus yang tidak
dikondisikan (unconditioned stimulus) diberikan kepada anjing. Ia mencatat,
ternyata anjing mengeluarkan air liurnya, ini merupakan respon tidak
dikondisikan ( unconditioned respon). Iak suatu stimulus tidak berhubungan,
misalnya membunyikan bel, kemudian pada saat yang bersamaan juga di stimuluskan
serbuk daging, setelah beberapa kali ulangan, ternyata anjing tetap
mengeluarkan air liurnya ketika dibunyikan bel walaupun tanpa distimuluskan
serbuk daging. Respon air liur ini adalah sebagai jawaban terhadap dua stimulus
berbeda walaupun yang distimuluskan ini dapat dilihat bahwa anjing telah belajr
untuk merespon stimulus yang sama sekali tidak terkaitkan. Responnya kepada
bunyi bel menunjukkkan bahwa sel merupakan bentuk stimulus yang dikondisikan (
conditioned stimulus).
2.3.2. Pengkodisian Operant (Operant Conditioning)
Dalam keadaan pengkondisian
operant, seekor hewan belaar untuk menghubungkan antara perilaku responnya
dengan hadiah atau hukuman. Seorang Psikolog Amerika B. F Skinner mengkai
pengkondisian operant ini pada tikus – tikus dengan menempatkannya pada tempat
yang disebut dengan "Kotak Skinner".
Ketika
tikus menelaah kotak tersebut, akan ada tombol yang terinjak secara tidak
sengaja, dan dengan terinjaknya tombol tersebut akan menyebabkan makanan (
dalam bentuk pellet) terjatuh. Pada mulanya tikus – tikus tersebut tidak akan
menghiraukan tombol tersebut, ia akan meneruskan makan dan terus melakukan
gerakan – gerakan sebagaimana biasanya. Namun demikian, segera setelah itu ,
sang tikus akan belajar untuk menghubungkan antara menakan tombol ( respon
perilaku) dengan diperolehnya mkanan ( hadiah).
Ketika
tikus – tikus tersebut dalam keadan lapar, ia akan menghabiskan waktunya untuk
menghabiskan waktunya untuk menekan – nekan tombol tersebut. Belajar "
trial and eror" dalam waktu singkat ini merupakan peristiwa yang banyak
terjadi pada hewan – hewan bertulang belakang ( vertebrata ).
Para
ahli psikologi komperatif percaya bahwa dua stimulus dapat dihubungkan dengan
pengkondisian klaik dan bahwa hewan dapat dikondisikan untuk perilaku dapat belaar
dalam merespon setisp stimulus dalam bentuk pengkondisian operant.
Seperti
akan dijelaskan berikutnya di baewah ini, pandangan ini telah berubah. Saat
ini, insting / naluri memadu belajar den gan cara mendeterminasi tipe – tipe
informasi apa yang dapat dipelajari melalui pengkondisian.
2.3.3. Naluri (Instinct)
Telah jelas sekarang, bahwa beberapa
hewan memiliki kecenderungan bawaan kearah terbentuknya asosiasi dalam
berfikir. Sebagai contohnya, jika kepada seekor tikus ditawarkan dengan sebutir
makanan dan pada saat yang bersamaan dirotkan kepadanya sinar-x yang dapat
menyebabkan sang tikus mual-mual, maka tikus tersebut akan ingat terhadap rasa
butiran makanan tersebut (yang dapat menyebabkan rasa mual-mual) dan bukan
terhadap ukuran makanannya. Sebaliknya, jika pada suatu saat tikus diberi
butiran makanan dengan ukuran tertentu kemudian pada saat tersebut diberikan
sengatan listrik yang akan menyebabkan dia merasa kesakitan, maka sang tikus
akan mengingat ukuran butiran makanan tersebut dan bukan pada rasanya.
Dengan
cara yang sama, seekor merpati bisa belajar untuk menghubungkan makanan dengan
warnanya, akan tetapi di sisi lain merpati bisa menghubungkan antara bahaya
dengan bunyi, akan tetapi tidak bisa menghubungkan (bahaya) dengan warna makanannya.
Contoh-contoh
berikut ini memperlihatkan peristiwa persiapan pembelajaran (learning
preparedness) terjadi pada hewan, dimana hewan dapat belajar di bawah pengaruh
biologis – yakin, kemungkinan belajar hanya terjadi dalam batasan-batasan yang
ditentukan oleh insting atau naluri. Program bawaan dari dalam tubuh hewan juga
mempengaruhi respon adaptif. Tikus-tikus yang mencari makanan pada saat malam
hari dan memiliki kemampuan membau yang sangat berkembang, memiliki kemampuan
untuk mengendus sifat bahaya atau tidaknya makanan daripada bentuk, warna dan
ukurannya.
Benih
yang dimakan oleh burung merpati mungkin memiliki warna yang berbeda yang bisa
dibedakan oleh merpati, akan tetapi suara yang ditimbulkan oleh makanan tidak
bisa didengar dengan baik oleh merpati tersebut. Penelitian tentang belajar
tersebut telah meluas mencakup pengaruh-pengaruh ekologisnya, sehingga kita
bisa memperoleh gambaran baru tentang apa yang disebut sebagai evolusi belajar.
Ekologi hewan tentu saja merupakan
kunci untuk membawa dan memahami apa yang mampu dipelajari oleh suatu hewan.
Beberapa jenis hewan seperti burung, mempunyai kesukaan pada biji-bijian yang
keras atau sebagai pemakan benih. Burung-burung tersebut menyimpan benih yang
diperoleh dengan menguburnya ketika benih sedang melimpahsebagai persediaan
untuk musim dingin atau musim paceklik tiba. Ribuan benih tersebut dapat
terkubur dalam areal yang cukup luas dan kemudian diambil kembali. Dari
perilaku ini orang akan berfikir bahwa burung-burung ini memiliki kemampuan untuk
mengingat ruang dengan luar biasa atau berupa gambaran.
2.4.
Komunikasi Pada Hewan
Banyak sekali hewan yang tinggal di
dalam kelompok social dimana informasi dikomunikasikan didalam atau antar
kelompok social tersebut. Sebagai contoh, beberapa individu dalam kelompok
mamalia yang bertugas menjaga disebut sebagai “pengawal”. Ketika melihat suatu
predator atau pemangsa datang, maka sang pengawal akan memberikan tanda atau
alaram pengingatan kemudian dengan serta merta seluruh anggota kelompok akan
mencari tempat perlindungan. Beberapa tipe komunikasi hewan dengan manusia,
dalam lingkungan atau interaksi terhadap beberapa hewan lainnya :
·
Perbandingan
Komunikasi Pada Manusia dan Hewan
Proses
evolusi pada mahluk hidup di dunia menghasilkan garis pemisah yang sangat besar
yang menimbulkan banyaknya perbedaan bentuk komunikasi yang unik diantara
manusia dan berjuta-juta spesies mahluk hidup lainnya. Mungkin hal yang dapat
dilakukan untuk mengetahui kelebihan dari masing-masing sistem komunikasi
tersebut adalah membandingkannya dengan jenis komunikasi pada manusia seperti
yang telah kita kenal sebagai bahasa manusia.
Bahasa pada manusia merupakan sistem verbal yang unik yang terdiri atas
kata-kata atau frase yang tersusun menjadi suatu bentuk informasi. Bahasa pada
manusia lahir atas pembelajaran nenek moyang terdahulu dan diturunkan antar
generasi. Suatu kata atau bahasa pada manusia dapat menyatakan kebenaran,
kebohongan, spekulasi, kekasaran, idealism, dll bergantung pada cara orang
tersebut menyampaikan atau memberikan informasi serta isi dari informasi
tersebut. Sehingga orang yang meresponnya dapat saja menganggap bahwa informasi
yang diberikan oleh orang tersebut salah atau tidak benar.
Kini bandingkanlah dengan salah satu
hewan yang memiliki sistem komunikasi yang paling rumit dari semua binatang,
yakni perayaan “ waggle dance” pada lebah madu (Apis mellifera). “Waggle dance
” merupakan suatu gerakan lebah madu dengan menggetar-getarkan tubuhnya
sehingga terlihat seperti suatu tarian. Saat lebah pekerja pencari pakan
menemukan sumber makanan atau sarang yang baru pada jarak tertentu dari
sarangnya, maka lebah tersebut (betina) menyampaikan lokasi dari target yang
didapatkannya kepada lebah pekerja yang lain dengan melakukan “waggle dance”.
Waggle dance atau tarian tersebut dilakukan secara terus menerus atau
berulang-ulang di tengah kerumunan dari lebah pekerja betina. Suatu element
penting dalam tarian tersebut yang berisikan informasi adalah lari atau
berputar ditempat, dengan gerakan menggetarkan tubuh kedepan dan kebelakang
sekitar 13-15 kali per detik, pada saat yang sama lebah tersebut mengeluarkan
suatu bunyi atau suara tertentu dengan menggetarkan sayapnya.
Jika
lebah tersebut berada pada daerah terang dan pada permukaan yang horizontal,
maka tarian disana secara langsung menunjukan target lokasinya. Namun jika
target lokasinya pada daerah gelap atau didalam sarang dan permukaannya
vertikal, maka gerakan tarian dari lebah tersebut akan membentuk sudut menjauhi
arah vertikal sekitar 20º, sehingga arah gravitasi secara sementara
menggantikan cahaya matahari sebagai petunjuk arah dari lokasi.
Pada
lebah ordo Carnolian, straight run yang bertahan selama 1 detik dapat
mengidikasikan target sekitar 500 km jauhnya, dan straight run yang bertahan
selama 2 detik mengidikasikan target sekitar 2 km. Selama tarian tersebut lebah
yang mengikutinya akan memanjangkan antenanya dan menyentuh lebah yang menari
waggle secara berulang-ulang. Lalu dalam hitungan menit terdapat beberapa lebah
yang meninggalkan sarangnya dan mulai terbang menuju target lokasi yang
diberikan.
Waggle dance pada hewan kelihatannya memilki suatu kelebihan daripada bahasa manusia, hal ini menyangkut informasi dalam bentuk arah dan jarak tertentu. Dimana bentuk kesalahan atau penyimpangan informasi pada lebah tersebut nampaknya lebih rendah dengan apa yang dapat terjadi pada manusia. Apabila ditunjukan dengan angka maka derajat kesalahan pada lebah untuk jarak adalah sekitar 3 poin dan untuk arah adalah 4 poin, sedangkan pada manusia derajat penyimpangannya untuk jarak sekitar 8 derajat dan untuk arah sekitar 16 derajat.
Waggle dance pada hewan kelihatannya memilki suatu kelebihan daripada bahasa manusia, hal ini menyangkut informasi dalam bentuk arah dan jarak tertentu. Dimana bentuk kesalahan atau penyimpangan informasi pada lebah tersebut nampaknya lebih rendah dengan apa yang dapat terjadi pada manusia. Apabila ditunjukan dengan angka maka derajat kesalahan pada lebah untuk jarak adalah sekitar 3 poin dan untuk arah adalah 4 poin, sedangkan pada manusia derajat penyimpangannya untuk jarak sekitar 8 derajat dan untuk arah sekitar 16 derajat.
·
Sinyal
Terputus-putus (Discrete) dan Sinyal Bertingkat (Graded)
Sinyal
terputus-putus (discrete) merupakan suatu jenis sinyal yang sederhana dan mudah
dikenali karena hanya mengindikasikan ada atau tidak ada, iya atau tidak,
disini atau disana, serta sinonim kata yang lainnya. Bentuk discrete
mengkarakterisasi sinyal komunikasi oleh anggota dari grup yang saling
mengenali satu sama lain dan tetap saling mengontak. Contohnya pada suara
nyanyian burung, suara panggilan pada primata, suara dengkuran tertentu pada
beberapa hewan unggulata, pada kunang-kunang jantan yang terbang untuk menarik
betina yang terbang rendah di atas permukaan tanah. Sinyal terputus-putus
berkembang menjadi terputus melalui proses evolusi. Sinyal disrete mempunyai
intensitas dan durasi dari tingkah laku yang kurang bervariasi, sehingga
bagaimanapun kuat atau lemahnya perlakuan yang diberikan untuk memprovokasi
hewan tersebut, tingkah laku atau balasan yang diberikan biasanya selalu sama.
Sinyal
bertingkat (graded) merupakan sinyal yang berkembang secara tertentu dan
mengalami peningkatan variasi yang didukung oleh besarnya aggresivitas dan
motivasi dari suatu hewan akan tindakan yang akan dilakukan. Dimana pemberian
sinyal dari sinyal bertingkat ini lebih besar dan panjang. Contohnya pada lebah
madu, pemberian sinyal dalam bentuk waggle dance merupakan suatu cara yang
lebih kompleks dan rumit dengan terjadinya peningkatan intensitas dan durasi
dari mekanisme keseluruhan yang bergantung kepada kualitas dari sumber makanan
yang ditemukan serta bergantung keadaan cuaca diluar sarangnya. Monyet yang
semula tenang karena tidak diganggu biasanya ditunjukan dengan tatapan yang
sederhana, kemudian berubah menjadi agak buas saat manusia mencoba mengurungnya
dalam kandang, lalu monyet tersebut dapat menjadi lebih buas lagi secara
bertingkat sesuai dengan perlakuan yang diberikan, biasanya ditunjukan dengan
tingkah lakunya dalam suatu kombinasi gerakan seperti mulut terbuka, kepala
digerak-gerakan keatas kebawah, mengeluarkan suara seperti menjerit-jerit, dan
tangan menepuk-nepuk tanah.
Sinyal
Bertingkat lainnya ditunjukan oleh gurita yang semula bergerak perlahan di
dalam air laut, namun lambat laut gerakannya makin cepat keatas permukaan air,
hingga akhirnya ia melakukan tindakan yang agresif dengan sikap untuk melilit
mangsanya. Beberapa burungpun kadang-kadang menunjukan kecenderungan untuk bertindak
agresif seperti mulai menajamkan bulu-bulunya dan menggerak-gerakan ekornya,
dimana gerakan tersebut dilakukan untuk menciptakan ilusi bahwa burung tersebut
tampak lebih besar.
·
Prinsip
Dari Antithesis
Yang menjadi prinsip dasar dari
antithesis adalah “ketika suatu hewan membalikan perhatiannya, maka ia akan
membalikan signalnya”. Maksudnya adalah hewan tersebut secara spontan melakukan
aksi kebalikan dari aksi semula yang dilakukan berkaitan dengan suatu keadaan
atau kondisi yang mempengaruhinya. Dalam hal ini dapat dikatakan dari tindakan
semula tenang menjadi agresif ataupun sebaliknya. Contohnya hewan yang kalah
dalam pertarungan akan menunjukan sikap memelas dan menunduk pada hewan yang
lebih menang, dimana hal tersebut merupakan sikap kebalikan dari tindakan
agresif sebelumnya sebagai harapan agar hewan tersebut dapat tetap bertahan
hidup.
Anjing biasanya menunjukan sikap
agresif dengan mata melotot, telinga kedepan, ekor berdiri,dan tindakan agresif
lainnya ketika bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Akan tetapi ketika
anjing itu mengetahui bahwa orang yang tadi adalah majikannya maka anjing itu
menjadi lebih tenang dan menghilangkan sikap keagresifan semula. Rhodensia dan
primata biasanya menunjukan sikap keagresifan yang cukup tinggi, sementara
beberapa burung,mamalia, serta pada hewan berpostur juvenile akan menunjukan
sikap menunduk dan memelas terhadap hewan yang lebih superior.
·
Spesifitas
sinyal
Sistem komunikasi dari serangga,
invertebrate dan vertebrata tingkat rendah (seperti ikan dan katak) merupakan
jenis dengan karakter stereotype. Karakteristik stereotytpe ini mempunyai
kemampuan bahwa setiap sinyal yang diberikan hanya terdapat satu atau sangat
sedikit respon yang ditanggapi, dan tiap respon tersebut hanya dapat
ditimbulkan oleh jumlah sinyal yang sangat terbatas. Dimana perilaku signal dan
respon yang ada mempunyai kekonstanan dan kesamaan yang cukup dekat pada
seluruh populasi dari spesies yang sama. Contohnya cacing silk betina menarik
jantannya dengan mengeluarkan cairan kompleks dari dalam tubuhnya dalam bentuk
sekresi yang disebut bombykol ( berasal dari Bombyx mori), dimana hanya hewan
jantan dari spesies cacing tersebut saja yang akan tertarik oleh adanya sinyal
sementara hewan yang lainnya tidak.
Pada beberapa kasus misalnya terjadi
mutasi pada organisme tersebut akan mengkibatkan terjadinya perubahan komponen
atau sekret yang dihasilkan, sehingga organisme spesies yang sejenisnya tidak
akan mengenali spesies tersebut yang akan menyebabkan ia terisolasi secara
reproduksi. Dan apabila hal tersebut terus berkelanjutan mungkin dapat terjadi
proses evolusi dan timbulnya spesies baru.
Adapun beberapa organisme yang tidak memiliki kespesifikan sinyal seperti rayap, semut dan lebah social. Organisme-organisme tersebut tidak bergantung pada komponen-komponen tertentu yang spesifik. Akan tetapi jika tidak terdapat kespesifikan akan komponen yang dibutuhkan akan menyebabkan terjadinya ketertarikan dari organisme-organisme tersebut terhadap komponen yang sama. Sehingga akan timbul kompetisi interspesies diantara organisme tersebut untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.
Adapun beberapa organisme yang tidak memiliki kespesifikan sinyal seperti rayap, semut dan lebah social. Organisme-organisme tersebut tidak bergantung pada komponen-komponen tertentu yang spesifik. Akan tetapi jika tidak terdapat kespesifikan akan komponen yang dibutuhkan akan menyebabkan terjadinya ketertarikan dari organisme-organisme tersebut terhadap komponen yang sama. Sehingga akan timbul kompetisi interspesies diantara organisme tersebut untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.
·
Sinyal
Ekonomi
Apabila dibandingkan dengan standar
manusia, maka jumlah dari signal yang terdapat pada tiap-tiap spesies dari
hewan sepertinya agak terbatas. Kebanyakan bentuk komunikasi dari hewan
disampaikan melalui media display atau penampakan visualisasi, yang merupakan
prilaku yang telah terspesialisasikan melalui proses evolusi untuk menyampaikan
informasi tersebut. Dengan kata lain display tersebut merupakan signal yang
telah berubah dalam beragai cara sehingga menghasilkan suatu cara yang unik
untuk memberikan signal tersebut. Contohnya seperti suara tanda peringatan burung
penyanyi akan keberadaan elang, rusa rekor putih memberikan tanda peringatan
akan adanya predator dengan mengayun-ayunkan ekornya, serta gerakan-gerakan
yang dilakukan oleh hewan yang lain sebagai bagian dari aktifitas hariannnya.
Dari hasil penelitian mengenai jenis signal total yang dilakukan oleh individu
suatu hewan didapatkan data ikan mempunyai sedikitnya 10 jenis signal, monyet
rhesus ( Macaca mulatta) 37, serangga 10 -20 signal, dll.
·
Peningkatan
Informasi
Walaupun jumlah dari display yang terkatalaogkan
oleh ahli-ahli ethologist adalah sekitar 50 untuk tiap spesies, mungkin pada
kenyataannya terdapat jumlah yang lebih banyak lagi. Untuk lebih memahami
tentang komunikasi pada hewan mungkin bergantung pada perhitungan sistematik
seperti dengan pengaturan waktu jeda atau waktu yang hilang dapat dilakukan
dengan menggunakan rasio Q/K, dengan keterangan :
Q =
Jumlah emisi dari sinyal yang dikeluarkan
K =
Batas konsentrasi yang diterima oleh hewan untuk respon
Dimana rasio Q/K dapat dianggap konstan.
Sehingga apabila Q dikurangi maka batas konsentrasi untuk respon (K) akan naik,
dengan begitu durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk penyampaian sinyal akan
berkurang. Sedangkan apabila jumlah emisi sinyal (Q) dinaikan maka batas
konsentrasi respon (K) akan turun, sehingga akan terjadi peningkatan jarak
sinyal yang akan diberikan untuk mengharapkan terjadinya banyak respon.
·
Metakommunikasi
Metakomunikasi merupakan bentuk tindakan lain sebagai bagian dari komunikasi, dimana metakomunikasi ini merupakan salah satu bentuk khas yang dihasilkan dari berbagai sinyal gabungan (komposit). Suatu hewan terpacu untuk melakukan metakomunikasi setelah dipengaruhi oleh jenis sinyal yang kategorinya berbeda daripada biasanya yang dikirim secara berulang-ulang ataupun terjadi dengan cepat. Altmann (1962) yang pertama kali menerapkan konsep ini kepada mahluk hidup non-manusia seperti primata, mengenali suatu keadaan dimana metakomunikasi dapat terjadi. Keadaan yang pertama adalah sinyal status. Contohnya adalah status sinyal pada primata, dimana jantan dominan (alpha male) mempunyai sikap kepala tegap, ekor berdiri, serta testikel mengarah ke bawah, sedangkan pada jantan tingkat bawah mempunyai sikap kepala dan ekor yang menunduk ke bawah serta testikel yang menghadap keatas. Status signal yang sejenis dapat ditemukan pada macaca dan babons. Hipotesis dari altmann menyatakan bahwa hewan melakukan komunikasi mengenai kedudukan status mereka dan kemungkinan dia akan menyerang atau mundur kalau bertemu.
Metakomunikasi merupakan bentuk tindakan lain sebagai bagian dari komunikasi, dimana metakomunikasi ini merupakan salah satu bentuk khas yang dihasilkan dari berbagai sinyal gabungan (komposit). Suatu hewan terpacu untuk melakukan metakomunikasi setelah dipengaruhi oleh jenis sinyal yang kategorinya berbeda daripada biasanya yang dikirim secara berulang-ulang ataupun terjadi dengan cepat. Altmann (1962) yang pertama kali menerapkan konsep ini kepada mahluk hidup non-manusia seperti primata, mengenali suatu keadaan dimana metakomunikasi dapat terjadi. Keadaan yang pertama adalah sinyal status. Contohnya adalah status sinyal pada primata, dimana jantan dominan (alpha male) mempunyai sikap kepala tegap, ekor berdiri, serta testikel mengarah ke bawah, sedangkan pada jantan tingkat bawah mempunyai sikap kepala dan ekor yang menunduk ke bawah serta testikel yang menghadap keatas. Status signal yang sejenis dapat ditemukan pada macaca dan babons. Hipotesis dari altmann menyatakan bahwa hewan melakukan komunikasi mengenai kedudukan status mereka dan kemungkinan dia akan menyerang atau mundur kalau bertemu.
Bentuk
kedua dari metakomunikasi primate adalah ajakan bermain. Cara bermain dari
monyet hampir sama dengan kebanyakan mamalia lainnya, mereka saling mencurahkan
kasih sayang, saling mengejar dan mengejek. Cara mengajaknya terdiri dari
melompat dan saling menatap dengan teman bermain melalui kedua atau samping
dari lengannya dengan menaikan dan menurunkan kepala mereka. Pada permainan
berikutnya, mereka bergulat dan saling menggigit satu dan lainnya dengan
semangat. Terkadang mereka dapat terluka dengan mudah tetapi itu jarang mereka
lakukan.
· Komunikasi Massa
Kebanyakan dari system komunikasi
pada kebanyakan serangga sosial mengandung komponen dari infomasi yang tidak
dapat disampaikan dari satu individu ke individu ke individu yang lain tetapi
hanya disampaikan oleh dari satu kelompok ke kelompok lain. Seperti pada
sejumlah semut merah pekerja yang meninggalkan sarang dipengaruhi oleh
banyaknya jejak dari zat kimia (pheromone) yang oleh pekerja lain yang sudah
lebih dahulu ke lapangan ( sumber makanan).
Pada tes yang dilakukan dengan
memperkaya kandungan pheromone menunjukan bahwa jumlah dari individu yang
tertarik keluar sarangnya menunjukan fungsi linear antara jumlah dari zat kimia
yang ada dengan koloni yang keluar secara keseluruhan. Pada kondisi alami
jumlah pekerja yang keluar mencari makan tergantung dari sumber makanannya.
Apabila jumlah makanan yang didapatkan sedikit maka jumlah pekerja yang
dikeluarkan juga sedikit. Hal ini merupakan contoh bentuk komunikasi massa
berdasarkan kuantitas .
Yang kedua adalah bentuk komunikasi
massa berdasarkan kualitas, atau dapat juga diartikan dengan respon
“electorate” (prioritas). Contohnya apabila semut merah pekerja menemukan
sumber makanan yang mereka anggap bermutu baik maka mereka akan meninggalkan jejak
sedangkan bila makanan tersebut bermutu kurang maka mereka tidak meninggalkan
jejak. Dalam hal ini semut merah pekerja tersebut untuk meninggalkan jejak
berdasarkan dari kualitas sumber makanan yang ditemukan. Apabila sumber makanan
yang didapatkan sangat menarik maka presentasi respon positif dari semut
tersebut makin tinggi, seperti makin tingginya keinginan tiap individu untuk
meninggalkan jejak, makin tingginya jumlah pheromone yang di tinggalkan untuk
koloni mereka, hal itu akan meningkatkan jumlah semut baru yang datang ke area
tersebut.
2.4.1. Feromon
Feromon
adalah sinyal kimia yang dilepaskan oleh satu organisme dimana sinyal tersebut
akan dapat mempengaruhi perilaku hewan yang laiinya. Feremon adalah bahan kimia
yang digunakan untuk berkomunikasi antar individu dalam suatu spesies (spesies
yang sama), bertindak sdbagai attractant pada banyak spesies.
Demikian
juga dengan sel-sel telur manusia sekalipun, sel-sel telur tersebut
menghasilkan attractant untuk berkomunikasi dengan sperma. Serangga ulat sutra
(Bombyx mori) betina menghasilkan ferenom sex yang disebut bombykol dalam
kelenjar yang berhubungan dengan system reproduksi. Hasil penelitian fisiologi
syaraf menemukan bahwa pada kedua antenna jantan memiliki banyak syaraf
reseptor yang spesifik peka terhadap bombykol. Begitu pekanya saraf ini,
kemampuannya dapat mendeteksi satu molekul bombykol yang berada diantara 1017
molekul oksigen di udara.
Setelah
kemunculannya dari fase kepompong, ngengat Cecropia betina kemudian merayap dan
memancarkan suatu pheromone yang bertindak sebagai suatu attractant untuk
memikat para jantan. Para jantan yang mempunyai sel penciuman peka rangsangan
yang terletak di atas antenannya, segera terbang melawan arah angin serta
mengorientasikan diri menyamakan sinyal sinyal yang diterima oleh kedua
antennanya menuju betina. Dengan cara ini, mereka bisa menemukan sang perawan
dari tempat yang cukup jauh.
Ngengat
betina yang mempunyai hubungan spesies yang dekat dapat menggunakan cara yang
sama untuk memancarkan bahan kimia yang sama pada waktu yang berbeda. Para
ngengat jantan secara genetis deprogram untuk memberikan reaksi hanya pada
waktu yang cocok.
Banyak
serangga, amfibi dan burung memproduksi suara khas (acoustic signal) untuk
digunakan dalam masa kawin. Kodok jantan Bullfrog contohnya memanggil-manggil
kodok betina dengan cara memasukkan dan memompa udara dari kantung udaranya
yang terletak dibawah rahangnya. Sang kodok betina dapat membedakan suara yang
spesifik dari sang jantan dengan kodok lain yang juga mungkin bersuara dan
berada didalam habitat dan mungkin juga musim kawinnya yang sama.
Burung
jantan menghasilkan suara yang sangat kompleks. Suara yang kompleks tersebut
terdiri dari nada dan fase untuk mengumumkan keberadaan atau kehadirannya dan
untuk menarik perhatian betina. Dalam kebanyakan jenis burung, variasi nyanyian
sang jantan mencicirkan kehadiran atau ketidakhadiran keberadaannya sang jantan
dalam populasi. Nyanyian tiap individu burung merupakan nyanyian yang sangat
khas individu dan khas spesies.
2.4.2. Tanda Khas
dalam Tingkatan Jenis
Pada umumnya tanda (signal) pada tiap
hewan berbeda karena tanda khas spesies berhubungan dengan fungsi dari tiap
tanda yang dilepaskan. Banyak tanda pada masa kawin telah menghindarkan suatu
jenis hewan dari perkawinan yang tidak sesuai, salah pasangan yang tidak
menghasilkan keturunan dan yang pasti mengeluarkan tenaga yang sia-sia.
Nyanyian
burung jantan harus spesifik (khas) karena ini akan menunjukkan keberadaannya
(menghindari ketidak jelasaan hadirnnya jenis lain yang juga menggunakan
nyanyian). Ketika territorial (kawasan) telah dikuasai, burung jantan akan
bernyanyi memberi pengumuman dan menyerang burung asing lain yang memasuki
kawasannya. Sikap agresif burung ini akan menyebabkan resiko luka dan juga
menguras energy karena harus bernyanyi.
Setelah
kawasan (teritori) dikuasai, penyusupan oleh burung asing lain akan lebih
sedikit. Setiap jantan kemudian mengetahui musuhnya dari nyanyian, dan juga
sang jantan mengetahui apakah kawasannya sudah aman atau belum, apakah kawasan
yang ditemp`tinya sudah dikuasai burung lain atau tidak. Dengan demikian,
burung tersebut dapat mengurangi energy untik melindungi kawasannya hanya
dengan nyanyian yang sangat khas.
Dalam
hal ini, mamalia juga sama menandai teritorialnya dengan menggunakan feromon
yang menandakan identitas individu dengan ditandai oleh beberapa tanda kimiawi.
Tanda lain, seprti bunyi peringatan (alarm) pada burung yang dilepaskan oleh
suatu jenis burung akan diketahui oleh sesama jenis tentang siapakah yang
mengeluarkan alarm tersebut. Tanda-tanda ini memungkinkan komunikasi dapat
dibangun dan menyelamatkan kelompok ketika datang predator atau jenis burung
pemangsa lainnya.
2.4.3. Bahasa Pada Hewan
a.
Bahasa Tarian Lebah Madu
Lebah madu ( Apis mellifera), tinggal
di sarang yang terdiri dari 30,000
sampai 40,000 individu lebah. Perilaku mereka terintegrasi dalam satu koloni
kompleks. Lebah pekera dapat mencari makan kemana- mana untuk jarak yang bermil-
mil jauhnya dari sarang, pengumpulan madu dan tepung sari dari berbagai jenis
tanaman untuk sumber energy dan untuk cadangan makanan mereka.
Sumber makanan digunakan oleh lebah
biasanya dalam bentuk serbuk atau dalam bagaian kecil – kecil sehingga membutuhkan
banyak lebah untuk mengangkutnya ke sarang.koloni lebah pekerja memungkinkan
untuk membawa setiap sumber makanann yang ditemukan oleh lebah – lebah pemadu
ini ke sarangnya melalui komunikasi bahasa tarian yang dimengerti oleh semua
lebah pekerja.
Selama waktu beberapa tahun, pemenang
penghargaan Nobel Karl von Frich mengungkap seluk-beluk system komunikasi lebah
ini. Setelah satu lebah pemadu sukses menemukan sumber nectar, ia segera
kemabali ke sarang dan melakukan tarian dengan cara berputar – putar dan
mengibas- ngibaskan sayapnya.
Tarian lebah ini membentuk angka 8 (
delapan ). Sudut tarian yang dibentuk menunjukkan lokasi bunga sumber nectar
dan jumlah tarian atau kekuatan getaran menunjukkkan jarak yang harus ditempuh
untuk sampai di lokasi bunga. Pada saat menari lebah menggetarkan abdomennya
sambil mengeluarkan suara. Lebah secara rutin akan menghentikan tariannya untuk
memberikan contoh ( sampel ) kualitas madu yang dibawa dari lokasi bunga kepada
teman- temannya.
Selama lebah pemandu menari , ia
dikelilingi sangat sangat dekat oleh lebah- lebah yang lain yang kemudian akan
segera memanen nectar dari sumber – sumber yang baru ditemukan tersebut.
Adrian Wenner, seorang ilmuan di
Universitas Kalifornia, tidak percaya bahwa bahasa tarian mengkomunikasikan
segala tentang lokasi makan. Dia menentang penjelasan von Frish. Wenner
menjelaskan bahwa bau bunga- lah yang menjadi penentu/ isyarat teepenting untuk
menunjukkan sumber makan terbaru. Kontroversi ini memanas dan mengakibatkan
keduanya menerbitkan artikel untuk mendukung pendapat mereka.
Kontroversi "bahasa tarian"
telah dipikirkan secara mendalam oleh para ilmuan pada p[ertengahan tahun
1970-an, diantara oleh seorang peneliti kreatif James L Gould. Gouls membuat
penelitian dengan cara membuat anggota lebah dimasukkan kedalam kotak yang akan
membuat lebah yang telah diberi "petunjuk" melalui tarian oleh lebah pemadu kehilangan
interpretasi arah. Gould juga kemudian memanipulasi kemana anggota lebah –
lebah pekerja akan pergi jika mereka menggunakan tanda – tanda visual. Iika bau
menjadi petunuk yang digunakan oleh
lebah, maka lebah pekerja tersebut akan muncul pada lokasi yang diperkirakan
Gould.
Akan tetapi , hasil penelitian Gould
memperlihatkan bahwa ternyata lebah – lebah mengunjungi tanaman yang telah
diinformasikan terlebih dahulu oleh lebah pemadu. Dengan demikian, penelitian
Gould mendukung penelitian terdahulu yang dialakukan oleh Frish.
Baru – baru ini, peneliti juga telah
memperluas penelitian bahasa tarian lebah madu dengan membangun robot yang
berbentuk persis lebah madu. Seluruh tarian dikontrol oleh komputer, termasuk
prilaku robot untuk berhenti kemudian memberikan contoh madu kepada lebah –
lebah lain yang mengerumuninya. Penggunaan lebah robot ini telah memungkinkan para
ilmuan ini untuk menyetir arah lebah – lebah pekerja untuk menemukan sumber
makanan dan madu yang diperlukan. Lebah-lebah robot ini kemungkinan juga
diproduksi atas rasa kasihan sang peneliti kepada lebah-lebah jika terlambat
memperoleh informasi dimana makanan harus ditemukan atau sudah pasti memiliki
tujuan efisiensi proses produksi, dimana sang robot sudah dikategorikan sebagai
Mesin Pembuat Madu yang sangat
sempurna yang dibutuhkan oleh umat manusia.
Tarian
kibasan berbentuk-angka-delapan dari Lebah madu (Apis
mellifera) mengindikasi sumber
makanan diarah kanan matahari dari luar kandang. Perut dari penari tampak
mengabur karena pergerakan cepat dari sisi ke sisi.
b. Bahasa Primata
Bidang ahli primatologi dapat memberikan kita
gambaran mengenai cara Kera Besar berkomunikasi di alam liar. Penemuan utamanya yaitu primata non-manusia,
termasuk kera besar, menghasilkan suara-suara yang bergradasi sebagai lawan
dari terdiferensiasi berdasarkan kategori, dengan pendengar berusaha untuk
mengevaluasi gradasi halus di bagian-bagian emosional dan keadaan tubuh si
pen-sinyal. [35] Struktur anatomis dari laring kera tidak
dapat membuat bermacam suara seperti yang manusia modern dapat lakukan. Dalam
penangkaran, kera telah diajarkan dasar-dasar bahasa isyarat dan penggunaan lexigram -- simbol-simbol yang secara grafis tidak
menggambarkan kata -- pada papanketik komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah belajar dan menggunakan ratusan
lexigram.
Di alam liar, komunikasi monyet vervet telah banyak dipelajari. Mereka dikenal karena membuat sepuluh
vokalisasi yang berbeda. Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota
dari grup apabila predator mendekat. Mereka termasuk "teriakan
leopard", "teriakan ular", dan "teriakan elang".
Setiap teriakan mentriger strategi pertahanan yang berbeda pada monyet yang
mendengar teriakan tersebut dan ilmuwan dapat memperoleh respon yang
terprediksi dari monyet dengan menggunakan speaker dan suara rekaman.
Vokalisasi yang lain digunakan untuk identifikasi. Jika bayi monyet berteriak,
ibunya akan menoleh kepadanya, tapi ibu monyet vervet yang lain menoleh ke ibu
monyet tersebut untuk melihat apa yang akan dilakukannya.
Dengan cara yang sama, para peneliti telah memperlihatkan
bahwa simpanse (dalam kurungan) menggunaan "kata" yang berbeda untuk
menunjuk pada makanan yang berbeda. Mereka merekam vokalisasi yang dibuat oleh
simpanse tersebut, sebagai contoh, untuk anggur, dan simpanse yang lain akan
menunjuk ke gambar anggur bila dipedengarkan suara tersebut.
Banyak ilmuwan membedakan antara bicara dan bahasa. Mereka percaya
bahwa bahasa (sebagai sebuah konteks untuk berkomunikasi, dan secara umum sebagai kemampuan kognitif
untuk membentuk konsep dan berkomunikasi dengannya) berkembang lebih awal dalam
evolusi manusia, dan bicara (salah satu bentuk komunikasi)
telah berkembang jauh lebih awal. Munculnya kemampuan berbicara (tanpa bahasa)
juga memungkinkan pada beberapa kasus keterlambatan mental pada manusia atau
cacat pembelajaran (seperti Specific Language
Impairment) dan juga diketahui ada pada dunia binatang.
Misalnya, burung yang berbicara mampu meniru pembicaraan manusia dengan berbagai macam kemampuan.
Namun, kemampuan meniru suara manusia ini sangat berbeda dengan kemampuan
memahami sintaks. Begitu pula, produksi dari suara pada saat berbicara tidak
memerlukan penggunaan bahasa, yang dibuktikan oleh bahasa isyarat modern, yang menggunakan simbol manual dan gramatika wajah
sebagai dasar dari bahasa daripada berbicara. Sistem kode morse, dan sistem semafor bendera adalah
bentuk lainnya dari berkomunikasi, tapi tanpa menggunakan bahasa.
Perbedaan antara komunikasi dan
bahasa juga penting. Misalnya, sistem komunikatif dari monyet vervet telah dipelajari
secara ekstensif. Mereka diketahui membuat sepuluh vokalisasi yang berbeda.
Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota dari grup apabila predator
mendekat. Mereka termasuk "teriakan leopard", "teriakan
ular", dan "teriakan elang". Setiap teriakan mentriger strategi
pertahanan yang berbeda. Namun, komunikasi ini digunakan untuk respon langsung
dari stimulus di lingkungan, dan bukan hasil dari referensi tingkat-tinggi.
Kera dalam kurungan menunjukan kemampuan yang sama, setelah diajari
sinyal-sinyal dasar dari American Sign Language (tapi bukan sintak dan bahasa
dari ASL) dan penggunaan lexigram -- simbol yang secara grafis tidak
berhubungan dengan kata-kata -- dan keybord komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah mampu belajar dan
menggunakan lexigram. Namun, walaupun kera ini dapat mempelajari dasar-dasar
sintak dan sistem referensial, komunikasi mereka tidak memiliki kompleksitas
seperti bahasa lengkap.
Telah diklaim bahwa fitur kunci yang
membedakan bahasa manusia dari sistem komunikasi non-manusia adalah rekursi. Pengartian linguistik dari istilah rekursi melibatkan pemasukan
(atau menanamkan) frasa dalam frasa yang ditunjukan oleh kalimat kompleks
berikut Lelaki dengan tutup-mata tua berkulit keras yang ia gunakan sejak PD
II berjalan menuju toko yang terbakar habis sebelum pamannya mampu membayar
uang muka, atau kalimat yang kurang informasi seperti berikut Lelaki
tersebut berjalan menuju ke toko yang mana lelaki berjalan menuju ke toko itu
berjalan menjauh. Klaim ini masih dipegang oleh banyak peneliti, tetapi
beberapa bukti telah ditujukan untuk mempertanyakannya. Percobaan di
Universitas Chicago menemukan bahwa burung jajak (Sturnus vulgaris)
dapat menggunakan tata-bahasa dengan rekursi.
Para peneliti melatih burung gagak
tata-bahasa yang bebas-konteks, pusat-tertanam. Mereka melaporkan bahwa burung
gagak mampu mengenali ucapan yang secara tata-bahasa diterima dan menolak yang
tidak. Lebih lanjut Daniel Everett mengklaim bahwa
bahasa Piraha adalah bahasa manusia yang tidak menunjukkan penggunaan rekursi.
Juga telah disarankan bahwa fitur
kunci dari bahasa manusia adalah kemampuan untuk bertanya. Beberapa binatang
(terutama bonobo dan simpanse), yang belajar berkomunikasi lewat pelatih
manusianya (umumnya menggunakan bentuk visual dari komunikasi), memperlihatkan
bahwa mereka memiliki kemampuan secara benar merespon terhadap masalah dan
permintaan yang kompleks, tetapi gagal untuk menanyakan sebuah pertanyaan yang
sederhana. Sebaliknya, anak manusia mampu menanyakan pertanyaannya untuk
pertama kali (hanya menggunakan intonasi pertanyaan) dalam periode mengoceh
dari perkembangan mereka, jauh sebelum mereka dapat menggunakan sintak yang
terstruktur. Adalah sangat penting diketahui bahwa bayi dari kultur yang
berbeda menyerap bahasa natifnya dari lingkungan, semau bahasa di dunia tanpa
kecuali -- tonal, non-tonal, intonasi dan aksen -- menggunakan "intonasi
tanya" yang sama untuk pertanyaan ya-tidak. Fakta ini adalah bukti kuat
dari keuniversalan dari intonasi tanya.
Teori tentang asal mula bahasa dapat
dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. Beberapa teori berdasarkan ide bahwa bahasa
sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul dari ketiadaan
sehingga menjadi seperti sekarang, tapi ia pastilah berkembang dari sistem
pra-linguistik bersama dengan nenek moyang pra-manusia. Teori ini dapat disebut
dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Sudut pandang berlawanan yaitu bahwa
bahasa adalah ciri unik manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun
yang ada di selain-manusia dan oleh sebab itu ia pastilah muncul mendadak pada
saat transisi dari pra-hominid ke awal manusia. Teori ini dapat didefinisikan
sebagai berbasis ketidakberlanjutan. Demikian juga beberapa teori melihat
bahasa sebagai kemampuan lahir yang secara garis besar dikodekan dalam genetik,
sementara yang lain melihatnya sebagai sistem yang besar secara kultur, yang
dipelajari lewat interaksi social.
Satu-satunya lawan yang menonjol dari
teori ketidakberlanjutan dari asal mula bahasa manusia adalah Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa 'Beberapa mutasi acak terjadi, mungkin
setelah hujan sinar kosmik yang tak dikenal, dan ia menyusun ulang otak,
menanam organ bahasa di dalam otak primata'. Walaupun memperingatkan supaya
tidak menganggap kisah tersebut secara benar-benar, Chomsky bersikeras bahwa
'Ia mungkin lebih dekat pada kenyataan daripada dongeng-dongeng lainnya yang
mengatakan tentang proses secara evolusi, termasuk bahasa'. Teori berbasis
keberlanjutan sekarang dipegang oleh kebanyakan ilmuwan, tetapi mereka beragam
dalam melihat perkembangannya. Bagi mereka yang melihat bahasa umumnya bawaan
lahir, contohnya Steven Pinker, menganggapnya
mendahului kesadaran binatang, sebaliknya
mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang dipelajari,
seperti Michael Tomasello melihatnya
berkembang dari komunikasi binatang, baik itu
gestur primata atau komunikasi vokal. Model berbasis keberlanjutan lainnya
melihat bahasa berkembang dari musik.
Karena timbulnya bahasa berada
sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan
jejak sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada
saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang
untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat
dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Secara
alternatif fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak
adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik
dari perilaku simbolik.
Secara umum tak terbantahkan bahwa
pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem
komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum,
tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak
munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan
perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi
simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun
yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 100.000 tahun lalu.
Analisis linguistik, yang digunakan
oleh Johanna Nichols, seorang linguis dari University of California, Berkeley, untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk sampai pada
persebaran dan keberagaman seperti bahasa modern sekarang, mengindikasikan
bahwa bahasa vokal timbul sekitar 100.000 tahun lalu.
Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari
kata bahasa Latin primates yang berarti "yang pertama, terbaik, mulia".
Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly),
bentuk gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi).
Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas
primata, tetapi tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam primata, kombinasi dari
ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan
cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam adalah sebuah relik dari
posisi jari (brachiation) moyangnya pada masa lalu yang barangkali menghuni
pohon. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat yang biasa dari primata
lainnya (seperti loris), memiliki
karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan
ke samping) dan postur tubuh tegak.
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kecerdasan dan Komunikasi Pada Hewan
·
Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana
faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan.
·
Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.
·
Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana
pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi.
· &nbrp;
Faktor Kematangan
Dimana
tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
·
Faktor Kebebasan
Hal ini
berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
2.6.
Jenis-jenis hewan yang memiliki kecerdasan dan komunikasi yang baik
1. Merpati Homing
 : Pada saat manusia membutuhkan beberapa jenis peta dan kompas
untuk menemukan jalan pulang setelah perjalanan panjang, merpati pos dapat
kembali dari jarak yang sangat panjang (lebih dari 1.100 mil) tanpa panduan
apapun.
Sebenarnya, mereka
memiliki beberapa bantuan. Menurut penelitian oleh University of Frankfurt,
merpati memiliki besi yang mengandung struktur di paruh mereka, yang membantu
mereka merasakan medan magnet bumi independen gerak dan postur tubuh, yang bisa
menentukan posisi geografis mereka. Hasil Penelitian dirilis tahun ini
menunjukkan daya tarik magnetik ini hadir pada burung lain.
2.
Semut
Meskipun ukuran mereka kecil, banyak
varietas di dunia semut yang memiliki kemampuan luar biasa. Salah satu yang
paling mengesankan adalah smithii mycocepurus dari Amazon, sebuah spesies
feminis super yang telah mengembangkan kemampuan untuk mereproduksi melalui
kloning untuk berevolusi menjadi jenis yang semuanya perempuan.
Menurut
penelitian dari University of Arizona, tidak jelas ketika perubahan itu terjadi, tetapi dengan reproduksi
tanpa seks, semut energik menghindari proses produksi laki-laki dan
menggantinya dengan dua kali lipat jumlah reproduksi perempuan yang dihasilkan
setiap generasi.
Tidak
seperti kita manusia, semut juga belajar cara-cara yang efisien untuk mengatur
lalu lintas super mereka. Pada tahun 2006 penelitian oleh University
of California Berkeley telah menetapkan
bahwa perangkap semut-rahang (bauri odontomachus) dapat menutup rahangnya
tersebut pada kecepatan yang luar biasa. Proses ini berlangsung hanya dalam
0,13 milidetik, 2.300 kali lebih cepat dari kedipan mata.
3. Rayap
Di Zimbabwe, spesies rayap Macrotermes michaelseni telah
mengembangkan teknik yang tepat untuk peternakan jamur tertentu yang berfungsi
sebagai makanan mereka.
Jamur ini hanya dapat tumbuh sekitar 87 derajat Fahrenheit,
sedangkan suhu diluar sarang adalah 104 derajat Fahrenheit pada siang hari dan
35 derajat Fahrenheit di malam hari, rayap telah mempunyai sistem untuk menjaga
suhu tetap dalam sarang mereka dengan terus-menerus membuka dan menutup
ventilasi pemanasan dan pendinginan.
Ini
adalah suatu ide yang menginspirasi bagi Loughborough University yang telah melakukan penelitian dengan
menggunakan teknik yang sama dalam bangunan untuk manusia.
4.
Simpanse
Banyak yang telah mengetahui tentang kecerdasan simpanse,
dengan beberapa orang yang mengklaim mereka jenius dan lainnya mengatakan bahwa
kecerdasan mereka hanya setara dengan anak manusia berusia 3 tahun.
Tapi setidaknya ada
satu area di mana simpanse lebih cerdas daripada manusia, yaitu photographic memory. Sebuah studi oleh
Institut Penelitian Primata Universitas Kyoto membuktikan simpanse muda
memiliki kemampuan memori yang luar biasa untuk kenangan numerik, bahkan lebih
baik daripada manusia dewasa yang diuji dengan kasus yang sama dan mengikuti
prosedur yang sama.
5. Lumba – Lumba
Baru-baru ini, lumba-lumba dinyatakan sebagai makhluk kedua
di dunia yang paling cerdas. Sebuah zoologi dari Emory University di Atlanta,
Georgia, menurut The Times, mengatakan bahwa “neuroanatomy mereka menunjukkan
kontinuitas psikologis antara manusia dan lumba-lumba,” dan menyerukan untuk
peninjauan kembali terhadap interaksi manusia dengan lumba-lumba. Ilmuwan lain
dari Universitas Marymount Loyola di Los Angeles bahkan menyebut mereka sebgai
“orang-orang non-manusia. “
Jadi,
lumba-lumba lebih cerdas daripada simpanse dengan kemampuan komunikasi yang
mirip dengan manusia. Otak mereka hanya selisih sedikit dengan massa otak
manusia, membuat mereka sebagai hewan dengan budaya dan kepribadian yang
berbeda dengan kemampuan untuk berpikir tentang masa depan.
6.
Gajah
Dari semua jenis gajah
yang ada di seluruh dunia ini, baik itu gajah pigmimaupun gajah raksasa,
diyakini memiliki kepintaran yang sama. Gajah memiliki berbagai macam indra
yang tajam. terutama pendengaran dan memorinya.
Otak gajah merupakan otak terbesar
dari semua makhluk darat yang hidup saat ini. kemampuan memori gajah dapat
dibuktikan dari bafaimana mereka mengingat rute dan jarak tempuh perjalanan
mereka, mengingat anggota satu koloni dan kemampuan mereka membedakan panggilan
untuk masing - masing gajahlainnya, Gajah bahkan dapat memanggil gajah lannya
dalam jarak berkilo - kilo meter dengan suara teriakan, suara terompet atau
dengan panggilan melalui tanah. gajah pun memiliki psikologi yang hampir mirip
dengan manusia, mereka dapat tertawa, menangis dan marah. gak heran gajah
banyak dijadikan lambang kebijaksanaan oleh beberapa budaya tuadi dunia. Di
Sekolah gajah di Lampung, gajah dilatih untuk mengenali berbagai bentuk,
melakukan atraksi, dan bahkan melukis gajah lainnya.
7. Kakak Tua Abu-Abu
Afrika
Kakak tua biasa kita
tahu hanya dapat menirukan perkataan manusia, ternyata kakak tua bisa menjawab
pertanyaan - pertanyaan yang diajukan. tentunya hal itu perlu latihan terlebih
dahulu. para ilmuwan yang meneliti mereka mengatakan bahwa kakak tua jenis ini
adalah kakak tua terpintar di dunia atau burung paling cerdas di dunia. kakak
tua ini dapat mengenali puluhan pertanyaan yang berisi kata - kata dari yang
sederhana hingga yang hampir rumit, mengenali belasan jenis warna, macam -
macam bentuk dan nilai - nilai numerik yang disajikan. para ilmuwan yakin
burungi ini dapat dikembangkan untuk penelitian yang lebih mengagumkan lagi.
8. Gurita
Semua jenis cumi atau
mahluk bertentakel diketahui memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, tapi
untuk gurita adalah luar biasa, maahluk kedalaman laut ini memiliki otak yang
cukup besar dengan sensor syaraf yang memungkinkan bagi mereka untuk berpikir
secara cepat. dari berbagai percobaan yang diberikan ilmuwan, misalnya menaruh
kepiting di dalam toples, gurita dapat membuka dan menangkapnya terkadang
bahkan mereka dapat ditemukan di dlama lambung kapal sedang menangkap kepiting.
Gurita terbesar yang pernah ditemukan seberat 273 kilogram dan dengan rentang
tubuh mencapai 30 meter.
9.
Anjing Broder Collie
Border Coliie adalah
salah satu jenis anjing yang berasal adari skotlandia, dan disebut - sebut
sebagai anjing terpintar di dunia. ditempat asalnya, anjing ini digunakan
manusia untuk menggembalakan ternak. Border Collie dapat memecahkan masalah -
masalah rumit yang ditemuui saat menggembalakan ternak. menggembalakan ternak
adalah hal yang sulit bagi manusia yang nggak terbiasa, namun Border Collie
dapat mempelajarinya dengan cepat. Anjing juga sering dipakai dalam pelacakan
dan bantuan untuk SAR pada bencana alam yang sulit untuk dilacak teknologi.
penciuman dan intuisinya yang luar biasa lah yang membuat anjing ini menjadi
berguna bagi manusia.
10. Tikus
Jika kita menggemari
film seperti Tom and Jerry, tentunya kita mengetahui kejahilan jerry menganggu
Tom. terlihat di film itu bahwa kucing ternyata lebih bodoh daripada tikus.
tapi itulah kenyataannya. tikus adalah salah satu makhluk pintar dan cerdik
yang populer digunakan sebagai binatang uji coba laboratorium. tikus memiliki
psikologi yang hampir mirip dengan mausia, mereka dapat merasa stress, sedih,
gembira, bahkan menyesal. tikus juga dapat bermimpi layaknya manusia dan
mempelajari hal - hal yang baru. kecerdasannya banyak digunakan untuk mengenali
berbagai jenis makanan berbahaya, penyakit bahkan ranjau darat. salah satu
kemampuan yang mengesankan dari tikus bagi manusia adalah memecahkan labirin
dengan kecepatannya, bahkan jarang sekali ada manusia yang seperti itu.
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa,
ataupun belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat
psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Namun kecerdasan pada hewan / binatang tidak dapat di ukur
dengan tes IQ. Karena pada dasarnya kecerdasan hewan itu setara dengan
kecerdasan manusia usia balita.
Istilah "bahasa binatang"
sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan
semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai "bahasa" sejati,
tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi binatang berdasarkan
sistem isyarat tidak-simbolis, karena interaksi antara binatang dalam
berkomunikasi secara fundamental berbeda secara mendasar dari bahasa manusia.
Menurut pendekatan ini, sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami,
istilah "kultur", saat diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami
mengacu pada sesuatu yang secara kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas
manusia. Bahasa, komunikasi dan kultur adalah hal-hal yang lebih kompleks
diantara manusia. Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan
emosi agresifnya dengan menggeram, yang mungkin atau mungkin tidak menyebabkan
anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak
dalam ketakutan, ia mungkin atau mungkin tidak memberitahu manusia lain akan
adanya bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang
secara umum dikenal dengan bahasa.
Primata adalah mamalia yang menjadi
anggota ordo biologi Primates. Di dalam
ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang
berarti "yang pertama, terbaik, mulia". Colin Groves mencatat sekitar 350 spesies primata dalam Primate Taxonomy. Ilmu yang mempelajari
primata dinamakan primatologi.
Beberapa
tipe komunikasi hewan dengan manusia, dalam lingkungan atau interaksi terhadap
beberapa hewan lainnya :
·
Perbandingan komunikasi pada hewan
dan mahluk hidup
·
Sinyal terputus-putus dan sinyal
bertingkat
·
Prinsip dari Anthiesis
·
Metakomunikasi
·
Komunikasi massa
·
Dll.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecerdasan dan komunikasi pada hewan yaitu ; faktor bawaan
atau biologis, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau lingkungan,
faktor kematangan, faktor kebebasan.
wawww baik :)
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fyantox_ska.wordpress.com